Tuesday, 8 March 2011

Membahagiakan Suami Sejak Malam Pertama


Apakah Anda ingin masuk surga? Bila Anda seorang istri, jalan menuju surga sudah ada di depan mata, bahkan selalu menyertai setiap hari; karena bagi istri, jalan menuju surga adalah suami. Rasulullah saw. bersabda, "Perhatikanlah sikapmu terhadap suamimu, karena sesungguhnya dia adalah surga dan nerakamu." (HR. Ahmad). Untuk itu, seorang istri hendaklah memperhatikan sikapnya terhadap suami. Karena sebagaimana sabda Rasulullah yang lain, siapa pun istri yang meninggal dunia, sedang suaminya sudah merasa ridha dan puas terhadapnya, maka dia akan masuk surga (HR Ibnu Majah). Ya. Keridhaan suami dapat mengantarkan istri masuk surga.

Buku ini mengajak para istri untuk lebih mengenali peran dan tugasnya agar dapat meraih ridha suami. Juga mengajak para calon istri untuk lebih menata diri dan mempersiapkan hati guna menjadi istri sejati. Selain itu, buku ini memberikan tips agar selalu dapat memikat hati suami tercinta, sehingga dapat membahagiakannya sejak malam pertama.

Friday, 26 November 2010

Biodata Ringkas Syekh Abbas bin Hasan As-Sisi


Syekh Abbas bin Hasan As-Sisi, yang lebih terkenal dengan Syekh Abbas As-Sisi lahir pada tanggal 28 November 1918 di Kota Rasyid provinsi Buhairah. Ia memeroleh gelar diploma pada sekolah tinggi industri. Semasa kecil, beliau sangat mahir bermain sepak bola. Beliau bahkan mengaku tidak pernah membayangkan akan bisa menjadi penulis, seperti yang diungkapkannya di dalam mukadimah buku Fi Qafilah Al-Ikhwan.

Pada tahun 1936, Syekh Abbas As-Sisi mulai berkenalan dengan dakwah Ikhwanul Muslimin melalui Ustadz Mahmud Abdul Halim. Sejak saat itu pun beliau mulai berbaiat kepada Imam Hasan Al-Banna untuk konsisten pada manhaj dakwah dan jihad fi sabilillah. Dengan kepribadiannya yang cair, murah senyum, dan gemar membantu sesama, dakwah Ikhwan tersebar luas di kota Rasyid, tempat beliau beraktivitas.

Lelaki yang tamat usia pada tahun ke-86 ini mewakafkan hidupnya untuk sebuah idealisme risalah dakwah. Beliau adalah 'guru cinta' bagi dakwah Ikhwanul Muslimin. Ceramah dan tulisan-tulisannya selalu ditargetkan buat membidik hati. Bukan sekadar menebar pesona dan simpati, melainkan penuh dengan kekuatan kharisma, cinta, dan rasa persaudaraan yang tinggi.

Syekh Abbas As-Sisi adalah 'sisa-sisa' generasi awal Ikhwanul Muslimin yang melalui hari-hari pahit di balik jeruji dan berbagai intimidasi serta tuduhan stigma subversif. Beberapa kali beliau mengalami penangkapan. Pada tahun 1984 beliau ditangkap dan ditahan selama enam bulan. Kemudian pada tahun 1954 beliau kembali ditangkap dan ditahan selama dua tahun. Beliau kembali ditangkap pada tahun 1965 dan baru keluar penjara sembilan tahun kemudian, yaitu tahun 1974.

Kegigihan dan keberaniannya tidak pernah diragukan. Beliau terlibat dalam perang dunia 2 di Gurun Barat (Gharbea). Tapi semua itu tidak menjadikan gaya hidup beliau menjadi keras. Sebaliknya, lelaki berambut putih itu selalu menebar senyum untuk siapa saja. Dalam keadaan apa saja. Di mana saja. Jelas, keteduhan yang dalam akan tampak di wajahnya yang meski dimakan usia tetap berseri menawarkan semangat hidup yang tidak pernah padam.

Syekh Abbas As-Sisi wafat pada hari Jumat tanggal 8 Ramadhan 1425 H, bertepatan dengan tanggal 22 Oktober 2004. Jenazah beliau dishalatkan selepas shalat Ashar di Masjid Al-Haq di kota Rasyid, yang diimami oleh Mursyid Am Muhammad Mahdi Akif. Lebih dari dua puluh lima ribu orang mengiring jenazah beliau untuk dimakamkan di pekuburan kota Rasyid.



Monday, 4 October 2010

Penuturan dengan kata benda dan kata kerja

Kata benda (isim) menunjukkan bahwa sesuatu itu konstan dan kontinu (terjadi secara terus menerus). Sedangkan kata kerja (fiil) menunjukkan bahwa sesuatu itu terbarui dan terjadi secara berulang pada kesempatan yang berbeda (pernah terjadi dan suatu saat akan terjadi lagi). Baik kata kerja maupun kata benda memiliki tempatnya masing-masing, yang mana posisinya tidak dapat digantikan oleh yang lain. Misalnya, redaksi yang dipakai untuk an-nafaqah memakai bentuk kata kerja, seperti firman Allah: الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ dan tidak memakai redaksi kata benda اَلْمُنِْفقُوْنَ. Adapun redaksi yang dipakai untuk al-iman memakai bentuk kata benda, seperti firman Allah: إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ dan tidak memakai bentuk kata kerja. Sebab, an-nafaqah adalah sebentuk pekerjaan yang cirinya adalah terbarui dan akan terjadi lagi. Berbeda dengan al-iman yang memiliki hakikat konstan yang akan selalu ada selagi hal-hal yang mengkonsekwensikannya ada. Maksud dari makna 'terbarui' pada fiil madhi (kata kerja yang menunjukkan masa lampau) adalah, sesuatu itu telah terjadi dan suatu saat akan terjadi lagi. Adapun maksud dari makna 'terbarui' pada fiil mudhari' (kata kerja yang menunjukkan masa sekarang dan yang akan datang) adalah, sesuatu itu akan terulang dan terjadi secara berulang.