|| Oleh: Ali Ghufron Sudirman ||
Dr Muhammad badi’
memiliki nama lengkap Muhammad Badi’ Abdul Majid Sami. Beliau lahir pada 7
Agustus 1943 di Mahallah Kubra, Gharbea, Mesir. Beliau meraih gelar dokter
hewan di Kairo pada tahun 1965, dan pada tahun yang sama diangkat menjadi dosen
pada fakultas kedokteran hewan di Universitas Asyuth.
Pada tahun 1977
Dr. Muhammad Badi’ meraih gelar Magister pada kedokteran hewan di Universitas
Zaqaziq dan menjabat asisten dosen di sana. Kemudian pada tahun 1979 beliau
menamatkan studi S-3nya dalam bidang yang sama di Universitas Zaqaziq dan
diangkat sebagai dosen tetap. Beliau terus aktif di bidang keilmuannya hingga
menjadi professor kedokteran hewan tahun 1987 di Universitas Kairo cabang Bani
Suwaif.
Di universitas
yang sama, pada tahun 1990 beliau menjabat sebagai ketua bidang patologi
fakultas kedokteran hewan, kemudian menjabat sebagai deputi kepala bagian studi
S2 tahun 1993. Setelah itu beliau mengabdikan diri sebagai profesor pada
fakultas kedokteran hewan Universitas Bani Suwaif jurusan patologi.
Dr. Muhammad Badi’
dianugerahi tiga orang anak dan tiga orang cucu. Putra pertama beliau bernama
Ammar yang berprofesi sebagai insinyur komputer, kemudian Bilal sebagai dokter
radiologi, dan Duha yang masuk kuliah di fakultas farmasi. Sedangkan cucu-cucu
beliau bernama Ru’a, Hubaib dan Iyad. Ammar, putra pertama beliau, syahid
tertembus peluru tajam dalam pembantaian junta militer terhadap demonstran
damai di Ramsis Square pada Jumat, 16 Agustus 2013 kemarin. Ammar meninggal
dalam usia 37 tahun oleh tembakan dua butir peluru tajam di kepala dan bagian
matanya.
Perkenalan Dr.
Muhammad Badi’ dengan Jamaah Al-Ikhwan
Pada tahun 1959,
Dr. Muhammad Badi’ berkenalan dengan salah satu anggota Ikwanul Muslimin
Syiria, yaitu Dr. Sulaiman An-Najjar yang kemudian mengajaknya untuk bergabung
ke dalam jamaah. Tanpa berpikir panjang, Muhammad Badi’ muda (16 tahun) dengan
semangat menerima ajakan tersebut, meski pada waktu itu, sekadar mengucapkan
kata Ikhwanul Muslimin saja sangat menakutkan karena situasi politik yang ada.
Dari Dr. An-Najjar inilah Muhammad Badi’ muda belajar tentang keikhlasan dan
berkorban waktu serta usaha untuk dakwah. Pada tahun ini juga, Muhammad Badi’
muda mulai menghafal Al-Quran juz 30 dan setelah selesai menghafal, ia mendapat
hadiah berupa jilid terakhir tafsir Fi Zilalil Quran karya Sayyid Qutub. Begitu
membacanya, sebagaimana yang diakui sendiri oleh Dr. Muhamad Badi’, ia merasa
dirinya sangat bersemangat dan belum pernah merasakan keindahan Al-Quran
seperti saat itu.
Salah satu ciri
khas Dr. Muhammad Badi’ adalah, setiap ucapan beliau selalu diselingi dengan
ayat Al-Quran atau hadits nabi. Bahkan ketika mengomentari tentang sepak bola
pun beliau memakai dalil Al-Quran dan hadits nabi.
Dr. Muhammad Badi’
sangat dicintai oleh anggota jamaah Ikhwanul Muslimin. Beliau terpilih menjadi
anggota Maktab Irsyad pada tahun 1993, dan pada pemilihan Maktab irsyad
terakhir, beliau memperoleh suara terbanyak dan diangkat
menjadi Mursyid Am. Semua optimis bahwa di bawah kepemiminan beliau, Ikhwanul
Muslimin akan mengalami kemajuan pesat dan lebih terbuka terhadap masyarakat
serta kekuatan-kekuatan politik yang ada dibanding sebelumnya. Sebab sang
mursyid merupakan sosok sosial yang pandai memainkan peran politik, sebagaimana
beliau intens menjalin komunikasi dengan seluruh kekuatan politik dan nasional.
Dr. Muhammad Badi’
mengalami beberapa penangkapan. Pada tahun 1965, beliau ditangkap bersama
Sayyid Qutub dan anggota Ikhwan lainnya. Beliau divonis 15 tahun penjara, tapi
setelah 9 tahun beliau dibebaskan tepatnya pada 4 April 1974. Keluar dari
penjara, beliau kembali bekerja di Universitas Asyuth, kemudian pindah ke Universitas
Zaqaziq, lalu menuju Yaman, dan kembali lagi ke Universitas Bani Suwaif.
Setelah itu, pada
tahun 1998, beliau kembali ditangkap dan dipenjara selama 75 hari karena kasus
Jam’iyyah Ad-Dakwah Al-Islamiyyah yang mana beliau menjabat sebagai ketuanya.
Pada tahun 1999, beliau kembali ditangkap dan diadili pada pengadilan militer,
lalu divonis 5 tahun penjara. Tapi belum genap lima tahun, beliau dibebaskan
pada tahun 2003.
Saat
ini Dr. Muhammad Badi’ kembali ditangkap dan dimasukkan ke Penjara Torah.
Beliau ditangkap di salah satu apartemen di jalan Tayran di kota Nasyr City, di
belakang Bundaran Rabiah Al-Adawiyah. Ikhwanul Muslimin
kemudian mengangkat Mahmud Izzat sebagai pemimpin sementara.
No comments:
Post a Comment
Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...