Saturday 31 August 2013

Dr. Muhammad Badi'; Mursyid Am Ikhwanul Muslimin yang Keluar Masuk Penjara



|| Oleh: Ali Ghufron Sudirman ||
 
Dr Muhammad badi’ memiliki nama lengkap Muhammad Badi’ Abdul Majid Sami. Beliau lahir pada 7 Agustus 1943 di Mahallah Kubra, Gharbea, Mesir. Beliau meraih gelar dokter hewan di Kairo pada tahun 1965, dan pada tahun yang sama diangkat menjadi dosen pada fakultas kedokteran hewan di Universitas Asyuth. 

Pada tahun 1977 Dr. Muhammad Badi’ meraih gelar Magister pada kedokteran hewan di Universitas Zaqaziq dan menjabat asisten dosen di sana. Kemudian pada tahun 1979 beliau menamatkan studi S-3nya dalam bidang yang sama di Universitas Zaqaziq dan diangkat sebagai dosen tetap. Beliau terus aktif di bidang keilmuannya hingga menjadi professor kedokteran hewan tahun 1987 di Universitas Kairo cabang Bani Suwaif.

Di universitas yang sama, pada tahun 1990 beliau menjabat sebagai ketua bidang patologi fakultas kedokteran hewan, kemudian menjabat sebagai deputi kepala bagian studi S2 tahun 1993. Setelah itu beliau mengabdikan diri sebagai profesor pada fakultas kedokteran hewan Universitas Bani Suwaif jurusan patologi. 

Dr. Muhammad Badi’ dianugerahi tiga orang anak dan tiga orang cucu. Putra pertama beliau bernama Ammar yang berprofesi sebagai insinyur komputer, kemudian Bilal sebagai dokter radiologi, dan Duha yang masuk kuliah di fakultas farmasi. Sedangkan cucu-cucu beliau bernama Ru’a, Hubaib dan Iyad. Ammar, putra pertama beliau, syahid tertembus peluru tajam dalam pembantaian junta militer terhadap demonstran damai di Ramsis Square pada Jumat, 16 Agustus 2013 kemarin. Ammar meninggal dalam usia 37 tahun oleh tembakan dua butir peluru tajam di kepala dan bagian matanya.

Perkenalan Dr. Muhammad Badi’ dengan Jamaah Al-Ikhwan

Pada tahun 1959, Dr. Muhammad Badi’ berkenalan dengan salah satu anggota Ikwanul Muslimin Syiria, yaitu Dr. Sulaiman An-Najjar yang kemudian mengajaknya untuk bergabung ke dalam jamaah. Tanpa berpikir panjang, Muhammad Badi’ muda (16 tahun) dengan semangat menerima ajakan tersebut, meski pada waktu itu, sekadar mengucapkan kata Ikhwanul Muslimin saja sangat menakutkan karena situasi politik yang ada. Dari Dr. An-Najjar inilah Muhammad Badi’ muda belajar tentang keikhlasan dan berkorban waktu serta usaha untuk dakwah. Pada tahun ini juga, Muhammad Badi’ muda mulai menghafal Al-Quran juz 30 dan setelah selesai menghafal, ia mendapat hadiah berupa jilid terakhir tafsir Fi Zilalil Quran karya Sayyid Qutub. Begitu membacanya, sebagaimana yang diakui sendiri oleh Dr. Muhamad Badi’, ia merasa dirinya sangat bersemangat dan belum pernah merasakan keindahan Al-Quran seperti saat itu. 

Salah satu ciri khas Dr. Muhammad Badi’ adalah, setiap ucapan beliau selalu diselingi dengan ayat Al-Quran atau hadits nabi. Bahkan ketika mengomentari tentang sepak bola pun beliau memakai dalil Al-Quran dan hadits nabi.

Dr. Muhammad Badi’ sangat dicintai oleh anggota jamaah Ikhwanul Muslimin. Beliau terpilih menjadi anggota Maktab Irsyad pada tahun 1993, dan pada pemilihan Maktab irsyad terakhir, beliau memperoleh suara terbanyak dan diangkat menjadi Mursyid Am. Semua optimis bahwa di bawah kepemiminan beliau, Ikhwanul Muslimin akan mengalami kemajuan pesat dan lebih terbuka terhadap masyarakat serta kekuatan-kekuatan politik yang ada dibanding sebelumnya. Sebab sang mursyid merupakan sosok sosial yang pandai memainkan peran politik, sebagaimana beliau intens menjalin komunikasi dengan seluruh kekuatan politik dan nasional. 

Dr. Muhammad Badi’ mengalami beberapa penangkapan. Pada tahun 1965, beliau ditangkap bersama Sayyid Qutub dan anggota Ikhwan lainnya. Beliau divonis 15 tahun penjara, tapi setelah 9 tahun beliau dibebaskan tepatnya pada 4 April 1974. Keluar dari penjara, beliau kembali bekerja di Universitas Asyuth, kemudian pindah ke Universitas Zaqaziq, lalu menuju Yaman, dan kembali lagi ke Universitas Bani Suwaif.

Setelah itu, pada tahun 1998, beliau kembali ditangkap dan dipenjara selama 75 hari karena kasus Jam’iyyah Ad-Dakwah Al-Islamiyyah yang mana beliau menjabat sebagai ketuanya. Pada tahun 1999, beliau kembali ditangkap dan diadili pada pengadilan militer, lalu divonis 5 tahun penjara. Tapi belum genap lima tahun, beliau dibebaskan pada tahun 2003. 

Saat ini Dr. Muhammad Badi’ kembali ditangkap dan dimasukkan ke Penjara Torah. Beliau ditangkap di salah satu apartemen di jalan Tayran di kota Nasyr City, di belakang Bundaran Rabiah Al-Adawiyah. Ikhwanul Muslimin kemudian mengangkat Mahmud Izzat sebagai pemimpin sementara.

Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment

Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...