|| Oleh: Ali Ghufron
Sudirman ||
Imam Tirmidzi meriwayatkan
dengan sanadnya dari Athiyyah As-Sa’di bahwa Rasulullah saw. bersabda:
لاَ يَبْلُغُ الْعَبْدُ أَنْ يَكُوْنَ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ حَتَّى
يَدَعَ مَا لاَ بَأْسَ بِهِ حَذَرًا لِمَا بِهِ الْبَأْسُ
Artinya:
Seorang
hamba tidak mencapai derajat muttaqin sebelum meninggalkan sesuatu yang tidak
berdosa demi menghindari sesuatu yang berdosa.
Makna
yang bisa diambil dari hadits ini:
1.
Derajat muttaqin merupakan derajat yang diimpikan oleh setiap orang. Demikian
itu karena mulia tidaknya seseorang di sisi Allah dilihat dari ketakwaannya.
Orang yang mencapai derajat muttaqin, sebagaimana dijelaskan dalam Tuhfatul
Ahwadzi Syarh Sunan At-Tirmidzi adalah orang yang menjaga dirinya dari melakukan
suatu perbuatan atau meninggalkan suatu amal yang bisa mendatangkan siksa
Allah.
2.
Sebagian ulama membagi takwa menjadi tiga level. Level pertama adalah
menjaga diri dari siksa abadi di neraka, yaitu dengan berlepas tangan dari
kemusyrikan. Level kedua adalah menghindari segala sesuatu yang bisa
mendatangkan dosa bagi pelakunya. Sedangkan level ketiga adalah
mensucikan diri dari segala sesuatu yang membuat seseorang lalai dari Al-Haq
lalu bersegera dengan sepenuh jiwa raga bersimpuh di hadapan Allah. Level
ketiga inilah yang disebut sebagai takwa hakiki yang dituntut kepada setiap
hamba.
3.
Bisa jadi, melakukan sesuatu yang halal ketika tidak sesuai porsinya dapat
menjerumuskan seseorang pada perbuatan maksiat. Misalnya, bicara hukumnya
halal. Tapi bila kebanyakan bicara bisa jadi menjerumuskan seseorang pada
ucapan-ucapan yang tidak benar. Untuk itu, bicara secukupnya dan bicara yang
penting-penting saja merupakan salah satu ciri orang bertakwa. Demikian halnya,
memakan makanan yang halal hukumnya boleh. Tapi bila kebanyakan makan dapat
menyebabkan seseorang terjerumus pada tindakan-tindakan yang dianggap
melalaikan syariat. Dan begitu seterusnya.
4.
jadi, agar mencapai derajat muttaqin, kita hendaklah meninggalkan sesuatu yang
tidak berdosa demi menghindari sesuatu yang berdosa.
No comments:
Post a Comment
Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...