Friday 23 August 2013

Najib Kailani Pegiat Sastra Islami

|| Oleh: Ali Ghufron Sudirman ||

Dr. Najib Abdul Latif Ibrahim Al-Kailani lahir pada awal Juli tahun 1931, yang bertepatan dengan bulan Muharram tahun 1350 H. Beliau lahir di Desa Syarsabah kecamatan Zifti, provinsi Gharbea di Mesir. Najib Al-Kailani merupakan anak pertama.  Sebagaimana tradisi di kampungnya waktu itu, Najib mulai belajar kepada kuttab pada usia empat tahun. Di situ ia belajar membaca, menulis, berhitung, belajar hadits nabi, sirah rasul, cerita-cerita para nabi, dan cerita-cerita Al-Quran. Najib berasal dari keluarga petani. Sejak kecil ia rajin bekerja di sawah.


Selepas dari Kuttab, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan dasar, kemudian SMP di Sinbat, SMA di kota Thanta, dan terakhir masuk fakultas kedokteran di Kairo pada tahun 1951. Setamat kuliah, ia bekerja sebagai dokter di Rumah Sakit Ummul Misriyyin di Giza pada tahun 1961, kemudian mulai membuka praktik di kampungnya. Tak lama kemudian, Najib beralih profesi di kementerian transportasi pada departemen kesehatan di PT Kereta Api. Setelah itu, tepatnya pada tanggal 31 Maret 1968, ia melancong ke Kuwait untuk bekerja sebagai dokter ahli di sana, lalu pindah ke Uni Emirat Arab dan tinggal di sana sekitar 16 tahun.

Najib Al-Kailani menikah pada tahun 1960 dengan seorang pegiat sastra islami bernama Karimah Syahin, saudara kandung presenter kondang di Mesir, Nafisah Syahin. Dari pernikahannya itu Najib Al-Kailani dianugerahi tiga orang putra, Yaitu Dr. Jalal, Ir. Husam, dan Mahmud yang berprofesi sebagai pengacara. Najib juga dikaruniai seorang putri bernama Dr. Izzah.

Najib Al-Kailani terkenal sebagai pribadi yang ramah, murah senyum, suka menghibur, dan sangat rendah hati. Dia seorang orator ulung yang memiliki pemikiran terbuka. Salah seorang anaknya berkisah, “Engkau akan merasakan bahwa ahklaknya adalah Al-Quran. Beliau selalu ingat Allah dalam setiap perbuatannya. Beliau mengorbankan diri demi membahagiakan keluarga dan anak-anaknya.”

Najib Al-Kailani menyimpan sendiri derita rasa sakit yang ia alami, bahkan tidak menceritakannya kepada orang-orang terdekatnya. Ia bersabar dengan penyakit hati dan kanker yang menimpanya. Berpegang teguh terhadap tali Allah, tidak berputus asa, dan rida dengan takdir Allah apa pun bentuknya.

Najib Al-Kailani Dan Dunia Sastra

Bakat sastra Najib Al-Kailani mulai terlihat pada tahun-tahun terahir sekolah dasarnya. Kasidah pertamanya yang kita baca, yang terbit tahun 1948 merupakan gambaran tentang kejadian waktu itu. Dalam kasidahnya Najib Al-Kailani berkata, “Saat melihat gelombang sukarelawan memenuhi jalanan Thanta dengan yel-yel dan teriakan sebelum keberangkatan mereka untuk berjihat ke Palestina. Saat melihat konflik yang mengerikan antara mereka dan rezim saat itu.”

Rasa malas dan putus asa seakan tidak menemukan jalan untuk merasuk ke dalam hati Najib Al-Kailani. Bahkan saat di penjara, ia menyibukkan diri dengan menyusun bait-bait kasidahnya hingga terbitlah kumpulan kasidahnya dengan tema ‘Nyanyian Orang Terasing’. Saat berada di penjara, Najib mendengar berita tentang lomba menulis yang diadakan oleh kementerian kebudayaan yang sekarang berganti nama menjadi menteri pendidikan. Ia pun menulis novel pertamanya, novel yang paling ia cintai berjudul Jalan yang Panjang. Novel itu bersetting di pedesaan Mesir. Tentang novelnya ini Najib mengatakan, “Alhamdulillah saya dapat merampungkannya dalam tempo tidak lebih dari tiga minggu.

Najib mengakui bahwa novel berjudul Jalan yang Panjang ini merupakan titik awal dirinya untuk benar-benar terjun ke dunia sastra, padahal dirinya buta sama sekali perihal aliran-aliran yang ada dalam sastra. Novel ini baru awal kabar gembira, dan masih banyak yang lain. Dengan novel ini ia berhasil meraih juara pertama pada perlombaan tahun 1957, kemudian novel ini ditetapkan sebagai buku bacaan wajib untuk siswa SMA tahun 1959 setelah diberi pengantar oleh menteri Fathi Ridhwan. Ironisnya, pihak penjara hanya memberi izin beberapa jam kepada Najib untuk menerima penghargaan, lalu kembali lagi ke penjara!

Tentang awal mulanya menekuni sastra islam, Najib Al-Kailani berkata, “Meskipun saya sama sekali buta perihal sastra Islam dan aliran-aliran di dalam sastra, tapi bila Anda meneliti karya pertama saya, Anda akan menemukannya jauh dari pornografi. Ia murni sastra yang muncul dari pemikiran seorang anak desa yang sederhana, dan berpegang pada tradisi pedesaan yang lebih dekat dengan tradisi-tradisi keislaman.

Sumbangsih terpenting Najib Al-Kailani adalah, sejak akhir tahun 50 an, dia mengajak masyarakat untuk menghidupkan sastra-sastra Islam dalam lingkup kesadaran dan pemahaman perihal sastra, visinya, dan tujuan-tujuannya yang membangun. Semua itu dalam rangka berkhidmat kepada masyarakat Islam dan dunia secara keseluruhan tanpa sikap fanatisme dan jumud, dengan tetap menjaga nilai-nilai keindahan dan kemanusiaan. Novel islami pertama yang ditulis najib adalah Malam-Malam di Turkistan, Raksasa-Raksasa Timur, kemudian Perawan Jakarta, dan lain-lain.

Piagam penghargaan yang berhasil diraih Najib Al-Kailani

Ada beberapa piagam penghargaan yang berhasil diraih Najib Al-Kailani, di antaranya sebagai berikut:

1. piagam dari kementerian pendidikan dalam bidang biografi atas karyanya, Iqbal Penyair Revolusioner tahun 1957

2. piagam dari kementerian pendidikan dalam bidang Studi social dan psikologi atas karyanya, Masyarakat yang Sakit

3. piagam dari kementerian pendidikan dalam bidang biografi atas karyanya, Syauqi bersama Tokoh-Tokoh Yang Mengabadi

4. piagam dari kementerian pendidikan dalam bidang novel atas karyanya, Dalam Kegelapan

5. piagam dari Majalah Syubbanul Muslimin dalam lomba cerita pendek tahun 1959

6. Medali Emas dari Dr. Toha Husein

7. Piagam dari Lembaga Tinggi urusan seni dan sastra atas karyanya, Hari yang Dijanjikan

8. Piagam dari lembaga bahasa Arab pada awal tahun 70an atas karyanya, Pembunuh Hamzah

9. Piagam Medali Emas Penyair Filusuf Muhammad Iqbal dari Presiden Pakistan Dhiyaul Haq tahun 1978

Karya najib Al-Kailani diterjemahan ke dalam sejumlah bahasa, di antaranya ke dalam bahasa inggris, Prancis, Turki, Rusia, Urdu, Persia, Cina, Indonesia, Italia, dan Swedia.

Wafatnya Najib Al-Kailani

Cukup lama Najib Al-Kailani menderita penyakit kanker hati. Selama itu ia bersabar dan tidak memperlihatkan rasa sakitnya, sehingga orang-orang di sekitarnya tidak pernah merasa kalau dia sedang menderita sakit. Harapannya sangat kuat kepada Allah sampai di akhir hayat. Ia selalu siap bertemu dengan tuhannya, rela atas takdir yang digariskan-Nya, selalu berzikir setiap saat, bahkan saat koma, mulutnya masih terus membaca Al-Quran.

Pada hari senin tanggal 4 Syawal tahun 1415 yang bertepatan dengan tanggal 6 Juni 1995 Najib Al- Kailani menghadap tuhannya setelah meninggalkan warisan sastra yang begitu banyak. Ia merupakan figur muslim yang tangguh dalam menanggung derita rasa sakit.


(diterjemahkan dari www.islamstory.com dengan sedikit perubahan)

Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment

Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...