Saturday 10 August 2013

Ramadan Telah Pergi



|| Oleh: Ali Ghufron Sudirman ||

Ramadan telah pergi. Hari-harinya yang indah penuh mujahadah, malam-malamnya yang megah penuh berkah, semua telah berlalu. Ibarat sang kekasih, sungguh sedih kita melepasnya pergi. Sebab yang kita punya cuma harap, semoga tahun depan diberi umur panjang agar dapat bersua lagi. 

Saudaraku, rasanya sangat kurang bercengkrama dengan Ramadan hanya sebulan. Kiranya tidak cukup men-charge semangat keimanan ini hanya satu bulan demi mengarungi kehidupan tanpanya selama sebelas bulan yang lain. Sungguh tidak cukup. Tapi apa boleh dikata, ia harus pergi dan benar-benar pergi. 

Pertanyaan besarnya adalah, sanggupkah kita menjaga semangat ini, dan bisakah kita istiqamah melestarikan kebiasaan baik ini hingga Ramadan datang lagi?

Suatu hari, pada saat Hari Raya Idul Fitri, khalifah Umar bin Abdul Aziz berkhutbah seraya berkata, “Wahai sekalian manusia. Kalian hanya puasa 30 hari. Kalian hanya qiyam 30 hari. apakah kemudian hari ini dengan yakinnya kalian meminta agar Allah menerima semua itu?”

Wahb bin Al-Wurd melihat orang-orang tertawa riang saat lebaran. Dia kemudian berkata, “Bila mereka termasuk golongan orang yang diterima amal ibadah puasanya, keriangan seperti itu bukan tabiat ahli syukur. Dan bila mereka termasuk golongan orang yang tidak diterima amal ibadah puasanya, keriangan seperti itu tidak menunjukkan rasa takut atas tumpukan dosa yang mereka punya.”

Al-Hasan berkata, “Allah menjadikan bulan Ramadan sebagai gelanggang untuk berlomba memperebutkan keridhaan-Nya. Ada yang melesat cepat hingga meraih kemenangan. Ada pula yang berlambat-lambat hingga tidak mendapat apa-apa. Maka sungguh heran bila ada yang tertawa-tawa.”

Ali bin Abu Thalib ketika malam terakhir bulan Ramadan beliau berseru, “Duhai, mana orang-orang yang diterima amalnya untuk kuberi ucapan selamat. Mana orang-orang yang ditolak amalnya untuk kuberi ucapan duka cita. Wahai orang-orang yang diterima amalnya, selamat untuk kalian. Wahai orang-orang yang ditolak amalnya, semoga Allah menutupi musibahmu.”

Saudaraku, begitulah para salafusaleh kita saat mendapati Ramadan telah pergi. Mereka bersedih karena bulan mulia itu telah tiada. Karena kesempatan dilipatgandakannya amal telah sirna. 

Semoga, semua amal ibadah kita diterima oleh Allah. Dan semoga kita diberi kekuatan untuk istiqamah mengisi hari-hari panjang di luar bulan Ramadan dengan tilawah, qiyam, dan amalan-amalan ibadah lainnya. Amin

Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment

Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...