|| Oleh: Ali Ghufron
Sudirman ||
Ramadan telah pergi.
Hari-harinya yang indah penuh mujahadah, malam-malamnya yang megah penuh
berkah, semua telah berlalu. Ibarat sang kekasih, sungguh sedih kita melepasnya
pergi. Sebab yang kita punya cuma harap, semoga tahun depan diberi umur panjang
agar dapat bersua lagi.
Saudaraku, rasanya sangat
kurang bercengkrama dengan Ramadan hanya sebulan. Kiranya tidak cukup
men-charge semangat keimanan ini hanya satu bulan demi mengarungi kehidupan
tanpanya selama sebelas bulan yang lain. Sungguh tidak cukup. Tapi apa boleh
dikata, ia harus pergi dan benar-benar pergi.
Pertanyaan besarnya
adalah, sanggupkah kita menjaga semangat ini, dan bisakah kita istiqamah
melestarikan kebiasaan baik ini hingga Ramadan datang lagi?
Suatu hari, pada saat Hari
Raya Idul Fitri, khalifah Umar bin Abdul Aziz berkhutbah seraya berkata, “Wahai
sekalian manusia. Kalian hanya puasa 30 hari. Kalian hanya qiyam 30 hari.
apakah kemudian hari ini dengan yakinnya kalian meminta agar Allah menerima
semua itu?”
Wahb bin Al-Wurd melihat
orang-orang tertawa riang saat lebaran. Dia kemudian berkata, “Bila mereka
termasuk golongan orang yang diterima amal ibadah puasanya, keriangan seperti
itu bukan tabiat ahli syukur. Dan bila mereka termasuk golongan orang yang
tidak diterima amal ibadah puasanya, keriangan seperti itu tidak menunjukkan
rasa takut atas tumpukan dosa yang mereka punya.”
Al-Hasan berkata, “Allah
menjadikan bulan Ramadan sebagai gelanggang untuk berlomba memperebutkan
keridhaan-Nya. Ada yang melesat cepat hingga meraih kemenangan. Ada pula yang
berlambat-lambat hingga tidak mendapat apa-apa. Maka sungguh heran bila ada
yang tertawa-tawa.”
Ali bin Abu Thalib ketika
malam terakhir bulan Ramadan beliau berseru, “Duhai, mana orang-orang yang
diterima amalnya untuk kuberi ucapan selamat. Mana orang-orang yang ditolak
amalnya untuk kuberi ucapan duka cita. Wahai orang-orang yang diterima amalnya,
selamat untuk kalian. Wahai orang-orang yang ditolak amalnya, semoga Allah
menutupi musibahmu.”
Saudaraku, begitulah para
salafusaleh kita saat mendapati Ramadan telah pergi. Mereka bersedih karena
bulan mulia itu telah tiada. Karena kesempatan dilipatgandakannya amal telah
sirna.
Semoga, semua amal ibadah
kita diterima oleh Allah. Dan semoga kita diberi kekuatan untuk istiqamah
mengisi hari-hari panjang di luar bulan Ramadan dengan tilawah, qiyam, dan
amalan-amalan ibadah lainnya. Amin
No comments:
Post a Comment
Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...