Friday 9 August 2013

Untuk Apa Halal Bihalal



|| Oleh: Ali Ghuron Sudirman ||

Saudaraku, bila kita pernah punya salah kepada saudara, sudah sepantasnya kita meminta maaf dan meminta kehalalannya. Sebab dosa yang terjadi antarsesama hanya akan diampuni oleh Allah bila orang yang kita zalimi itu memaafkan kita.

Lebih dari itu, Allah akan mencurahkan rahmat-Nya kepada seseorang yang jantan mau mengaku salah dan meminta maaf akan kesalahannya itu. Rasulullah saw. bersabda:

رَحِمَ اللَّهُ عَبْدًا كَانَتْ لِأَخِيهِ عِنْدَهُ مَظْلَمَةٌ فِي عِرْضٍ أَوْ مَالٍ فَجَاءَهُ فَاسْتَحَلَّهُ قَبْلَ أَنْ يُؤْخَذَ
Artinya:

Allah merahmati seorang hamba yang pernah berbuat zalim terhadap harta dan kehormatan saudaranya, lalu ia mau datang kepada saudara yang dizaliminya itu untuk minta kehalalannya sebelum ajal menjemput … (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah)
 
Setiap orang hampir bisa dipastikan punya salah dan khilaf. Setiap orang hampir pasti pernah berbuat dosa dan maksiat. Rasul sendiri menyatakan demikian. Bahwa semua bani Adam adalah khattha’un, adalah banyak berbuat dosa dan maksiat. Dan sebaik-baik khattha’un adalah at-tawwabun, yaitu orang yang banyak bertobat. Ini hadits diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dari Anas bin Malik r.a. Allah sendiri di dalam Al-Quran juga berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang banyak bertobat.”

Maka, bukan suatu aib dan cela bila kita mengaku salah dan meminta maaf. Bukan merendahkan diri bila kita mengaku khilaf pada sesama. Bahkan semua itu akan mendatangkan curahan rahmat Allah pada diri ini. Bahkan semua itu akan melahirkan cinta-Nya kepada kita.

Apalah artinya mempertahankan ego hingga tak mau datang meminta maaf. Apalah artinya mengurung diri dalam malu hingga sungkan mengaku khilaf. Untuk apa menunda-nunda dan melambat-lambatkan langkah guna meminta maaf? Bukankah cinta dan rahmat Allah jauh lebih mulia ketimbang ego, harga diri, dan rasa malu ini? Maka marilah kita datang. Mengaku salah. Mengetuk pintu rumah saudara kita. Hingga terketuk pula hatinya untuk memaafkan kita.

Saudaraku, jangan sampai dosa itu kita bawa mati. Sebab biayanya akan didebitkan dari tabungan amal kita. Bahkan andai saldo amal baik kita sudah habis tanpa sisa, maka sebagai ganti kezaliman kita di dunia yang belum kita minta kehalalannya, dosa orang yang kita zalimi akan dialihkan menjadi tanggungan kita. 

Sungguh celakalah kita bila sampai bernasib seperti itu. Sebab ratapan sudah tak berguna. Penyesalan sudah tanpa daya. Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
Artinya:

Barang siapa memiliki tanggungan kezaliman terhadap saudaranya, entah dalam hal kehormatan atau pun hartanya, maka hendaklah meminta kehalalannya hari ini. Sebelum datang hari (kiamat) di mana tidak berguna lagi dirham dan dinar. Pada hari kiamat nanti, bila seseorang yang menzalimi belum meminta kehalalan dari saudaranya, maka bila ia memiliki amal kebaikan, sebagian amal kebaikannya itu diambil sekadar kezaliman yang ia lakukan untuk diserahkan kepada orang yang pernah ia zalimi. Bila ia sudah tidak memiliki sisa amal kebaikan, maka dosa yang dimiliki orang yang pernah ia zalimi di dunia akan dilimpahkan kepadanya senilai kezaliman yang pernah ia lakukan. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah r.a.)

Na’udzu billah min dzalik. Kiranya, masih maukah kita bersikukuh enggan meminta maaf hanya karena gengsi, menjaga harga diri, atau malu ini? 

Saudaraku, janganlah sampai amal baik yang kita kais setiap hari ini hanya akan kita serahkan begitu saja kepada orang lain saat di akhirat nanti.

Marilah kita meminta kehalalan dari orang yang pernah kita sakiti dan zalimi. Marilah kita berhalal bihalal. Dan marilah kita jaga makna halal bihalal ini dalam setiap acara halal bihalal kita ….

Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment

Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...