Saturday 20 July 2013

Ini Dia Ayat yang Membuat Rasulullah Ubanan

|| oleh: Ali Ghufron Sudirman ||

Al-Qurtubi di dalam tafsirnya menukil teori dari Abu Abdullah perihal ubanan. Di situ Abu Abdullah mengatakan, allahu a’lam, bahwa uban bisa muncul karena tekanan psikologis dahsyat yang menyebabkan berkurangnya kelembaban tubuh hingga memengaruhi suplai nutrisi pada akar-akar rambut. Bila tekanan itu berlarut dan suplai nutrisi ke rambut benar-benar terhenti maka rambut akan memutih. Persis seperti tumbuhan yang akan menguning bila kekurangan air. Begitulah teori ubanan. Dan itulah yang dialami oleh Rasulullah.

Saudaraku, Rasul kita ubanan bukan karena memikirkan harta dan urusan dunia lainnya. Melainkan, karena memikirkan konsekuensi salah satu ayat yang beliau rasa begitu berat. Ya. Ayat itu adalah ayat 112 surat Hud. Di situ Allah swt. berfirman:

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلاَ تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

            Inilah, saudaraku, ayat yang membuat Rasul ubanan. Ibnu Abbas mengatakan, “Tidak ada ayat yang turun kepada Rasulullah yang lebih berat dari ayat ini. Oleh karena itu, ketika para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasul, engkau tampak lebih cepat beruban,’ maka Rasul menjawab, ‘Hud dan surat-surat sejenisnya yang membuatku cepat ubanan.”
Dalam tafsir Ar-Razi disebutkan bahwa seorang sahabat berkata, “Aku bermimpi bertemu Rasulullah kemudian bertanya, ‘Wahai Rasul, ayat apa dalam surat Hud yang membuatmu ubanan?’ Jawab Rasul, ‘Ayat fastaqim kama umirta.’

Makna Istiqamah
Istiqamah… konsistensi ….
Itulah perintah Allah yang membuat Rasul ubanan.
Umar bin Khattab menjelaskan makna istiqamah seraya mengatakan, “Istiqamah artinya engkau konsisten menetapi perintah dan larangan Allah dan tidak mencari-cari celah sebagaimana yang biasa dilakukan oleh musang dan serigala.” Jadi, bila diibaratkan jalan yang lurus, istiqamah berarti kita fokus pada satu arah tanpa condong ke kanan atau ke kiri.
Sayyid Qutub di dalam tafsirnya, Fî Dzilâlil Qur’ân menyatakan bahwa sikap istiqamah seperti itu membutuhkan kesadaran dan kewaspadaan ekstra. Seseorang harus tahu betul batasan-batasan jalan yang ia tempuh. Juga harus bisa menguasai dorongan-dorongan nafsu yang bisa jadi akan menariknya ke kanan atau ke kiri. Ringkasnya, istiqamah membutuhkan kerja keras dalam setiap gerak hidup. Kalau hanya sehari dua hari, atau sebulan dua bulan, bisa jadi itu sesuatu yang ringan. Tapi bila setiap saat, setiap waktu, kapan pun, dan di mana pun, sungguh butuh kesadaran dan kewaspadaan ekstra. Bahkan Rasulullah pun merasakan berat dan sulitnya hal itu, sehingga membuat beliau ubanan.
Bagaimana dengan kita, umatnya? Apa yang membuat kita ubanan? Apakah karena memikirkan dan menadabburi firman-firman Allah, atau karena yang lain? Mari kita renungkan bersama, saudaraku. Bila Rasul ubanan karena mendapat perintah ini,  bagaimana dengan kita?

Artikel Terkait:

5 comments:

  1. subhanallah... teruslah menulis ya mas .... salam buat keluarga smua....

    ReplyDelete
    Replies
    1. siap, insyalah mbak. wa alaikissalam. semua baik2 aja kan mbak? ramadhan karim.. salam utk keluarga.. lama bgt gak ngobrol ya..

      Delete
    2. heheheh lama banget ga ngobrol.. ketemu2 dsini deh.. *nyasar membawa berkah* wkwkwkwk..
      alhmdl baik mas, insyallah! :)

      Delete
    3. nyasar membawa berkah. he. jagoan udah kelas berapa sekarang bu dokter?

      Delete
    4. Wis ra nulis maneh jhon? wis tak tunggu-tunggu, rep tak sadur kok hehe

      Delete

Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...