Saudaraku, beribadah
pada malam lailatul qadar senilai dengan ibadah seribu bulan atau delapan puluh
tiga tahun, sebagaimana firman Allah Swt. di dalam Surat Al-Qadar:
Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu
apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit
fajar. (Al-Qadar [97]: 1—5)
Kenyataan ini
sungguh sangat menarik. Sebab jika dihitung-hitung, keberkahan malam lailatul
qadar itu ternyata jauh lebih besar dari pahala amal ibadah yang dapat kita
lakukan seumur hidup. Kalau rata-rata usia manusia pada zaman sekarang adalah
berkisar pada angka delapan puluhan tahun, kemungkinan besar amal ibadah yang
dapat mereka lakukan adalah setengahnya, yaitu sekitar empat puluhan tahun
saja. Sedangkan sisa usia yang empat puluhan tahun digunakan untuk hal-hal
lain, seperti tidur, bekerja, atau makan-minum.
Tentang
Umur dan Usia
Saudaraku, menurut
Dr. Ing. Abdullah Ali Syarman di dalam bukunya Fannu Idarati Al-Waqt, rata-rata manusia menghabiskan
waktu dua puluh tahun untuk tidur, empat tahun untuk makan-minum, dan sembilan tahun untuk bekerja.
Ini belum untuk melakukan aktifitas dan urusan-urusan lain yang kurang berguna.
Maka kita mengenal istilah usia dan umur. Usia tidak sama dengan umur. Bisa
jadi orang yang sudah berusia delapan puluh tahun, kalau dihitung-hitung baru
berumur empat puluh tahun. Sebab, kalau usia adalah total waktu seseorang hidup
di dunia, umur adalah total waktu seseorang mengisi kehidupannya dengan hal-hal
yang bermanfaat. Prof. Dr. Qurais Syihab mengatakan bahwa umur berasal dari
bahasa Arab ‘amara ya’muru yang artinya kemakmuran. Orang yang
dapat memakmurkan jiwanyalah yang bisa disebut berumur panjang. Maka, apabila
kita diberi usia panjang tapi tidak digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat,
kita akan termasuk orang-orang yang merugi, karena tidak dapat memakmurkan usia
yang ada. Imam Ahmad dan Tirmizi meriwayatkan:
عَنْ أَبِيْ بَكْرَةَ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيُّ
النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ قَالَ فَأَيُّ
النَّاسِ شَرٌّ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ . (رواه أحمد والترمذي)
Abu
Bakrah berkata, “Seseorang
bertanya kepada Rasulullah, ‘Wahai, Rasul. Siapa manusia yang paling baik?’
Rasul menjawab, ‘Orang yang berusia panjang dan banyak beramal baik.’ Orang itu
kembali bertanya, ‘Wahai, Rasul. Siapa manusia yang paling buruk?’ Rasul
menjawab, ‘Orang yang berusia panjang dan banyak beramal buruk’. (HR. Tirmizi
dan Ahmad)
Dari hadits di
atas tampak bahwa yang paling ideal adalah berusia panjang dan memakmurkan
seluruh usia yang kita punya, yakni dengan memperbanyak amal kebajikan. Namun
hal ini terasa sulit dan berat, di samping sudah terbukti bahwa rata-rata usia
manusia zaman sekarang jauh lebih pendek dibanding rata-rata usia manusia tempo
dulu. Dengan fakta semacam ini, meskipun kita dapat memakmurkan seluruh usia
yang ada, amalan-amalan kebaikan yang kita lakukan sepanjang usia tetap masih
terbilang sedikit jika dibanding amalan-amalan manusia tempo dulu yang usianya
relatif jauh lebih panjang. Dan kalau benar demikian yang terjadi, maka seorang
Muslim yang paling saleh sekalipun akan masuk daftar penghuni surga yang
terakhir, karena tidak punya cukup amalan yang bisa dibanggakan di hadapan
Allah dibanding umat-umat terdahulu. Kalau seorang Muslim yang saleh saja
bernasib seperti itu maka alangkah naasnya nasib kita, yang akan menjadi
penghuni surga paling akhir di antara penghuni yang terakhir!
Keistimewaan
untuk Umat Muhammad
Namun kehendak
Allah berkata lain. Allah telah menetapkan umat Islam sebagai umat terbaik di
antara sekian banyak umat manusia seraya berfirman, Kalian adalah umat terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik (Âli
‘Imrân: 110). Dalam kapasitasnya sebagai umat yang terbaik ini, tentu saja umat
Islam dan nabi umat Islam, selain memiliki tanggung jawab paling besar, juga
diberi hak dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh umat dan nabi-nabi yang
lain. Misalnya, di antara keistimewaan yang dimiliki oleh nabi umat Islam,
besok di hari kiamat satu-satunya nabi yang dapat memberi syafaat al-udzma
adalah Nabi Muhammad Saw. Nanti Rasulullah akan memintakan ampun kepada seluruh
umat Islam. Beliau akan selalu mengucapkan, “Umatku... umatku...” di saat yang
lain sibuk mengurus dan menyelamatkan diri sendiri seraya berkata, “Diriku...
diriku...”
Sedangkan, karena
mengingat usia umat Islam relatif lebih pendek dibanding usia umat-umat
terdahulu, Allah memberi keistimewaan kepada umat ini dengan malam lailatul
qadar yang nilainya sepadan dengan ibadah seribu bulan atau delapan puluh tiga
tahun. Allah menghadiahi umat Islam dengan malam lailatul qadar supaya kita
dapat menambal kekurangan umur dan usia yang kita miliki. Abu Mush’ab Ahmad bin
Abu Bakar Az-Zuhri berkata, “Imam Malik diberitahu bahwa Rasulullah melihat
usia para umat terdahulu jauh lebih panjang daripada usia umatnya. Rasul
khawatir kalau hal itu membuat umatnya tidak bisa mengimbangi amal ibadah yang
dilakukan oleh umat-umat terdahulu. Maka Allah memberi kepada umat ini malam
lailatul qadar yang kadar pahalanya lebih baik dari beribadah seribu bulan.
Dalam riwayat lain
dari Mujahid disebutkan, suatu hari Rasulullah Saw. menceritakan kisah seorang
bani Israel yang mengangkat pedang untuk jihad fi sabilillah selama seribu
bulan. Umat islam sangat kagum dengan hal ini. Maka Allah menurunkan surat
Al-Qadar, ‘Sesungguhnya Kami
telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah
malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan,’
yaitu lebih baik dari seribu bulan yang dilakukan oleh lelaki bani Israel
tersebut.
Ali bin Urwah r.a.
berkata, “Suatu hari Rasulullah menyebutkan empat orang dari bani Israel yang
beribadah kepada Allah selama delapan puluh tahun dan tidak pernah berbuat
durhaka sedikit pun. Keempat orang itu ialah Nabi Ayyub, Zakariya, Hazqil bin
Al-Ajuz, dan Yusya’ bin Nun. Mendengar hal ini para sahabat merasa sangat
kagum. Kemudian malaikat Jibril datang menemui Rasulullah seraya berkata,
‘Wahai, Muhammad. Umatmu kagum dengan ibadahnya empat orang dari bani Israel
yang menyembah Allah selama delapan puluh tahun dan tidak pernah berbuat
durhaka sedikit pun. Sungguh, Allah telah menurunkan yang lebih baik dari itu
kepada umatmu. Lalu malaikat Jibril membacakan surat Al-Qadar, ‘Sesungguhnya Kami telah
menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam
kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.’ Malaikat
Jibril berkata, ‘Lailatul qadar lebih utama dari apa yang engkau dan umatmu
kagumi tersebut.’ Mendengar hal ini maka Rasul dan para sahabat pun bergembira.”
Mari,
Bersama-sama Memburu Lailatul Qadar
Saudaraku, sudah
sepantasnya jika setiap Muslim memburu lailatul qadar, karena setiap Muslim
berkepentingan untuk mendapatkannya. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa agar
kita tidak termasuk golongan orang yang rugi dan hina, kesempatan memperoleh
lailatul qadar tidak boleh dibiarkan begitu saja tanpa mengisinya dengan
amalan-amalan ibadah. Imam Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
... وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ
رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ ... (رواه الترمذي)
“Dan
hinalah seseorang yang masuk padanya bulan Ramadhan, tapi ketika bulan itu
berakhir, dosa-dosanya masih belum terampuni.” (HR. Tirmizi)
Albani dalam kitab Shahîh Al-Jâmi’ menyebutkan bahwa Abu Hurairah r.a.
berkata:
لَمَّا حَضَرَ رَمَضَانُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ
صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوَابُ
الْجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ
شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا قَدْ حُرِمَ . (رواه أحمد
والنسائى)
Apabila
datang bulan Ramadhan, Rasulullah Saw. akan bersabda, “Telah datang kepada
kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah yang Allah mewajibkan kepada kalian
puasa di dalamnya. Pada bulan Ramadhan itu pintu-pintu surga dibuka,
pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu, dan di dalamnya terdapat
suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang terhalangi
dari kebaikan malam itu maka dia telah terhalangi (dari memperoleh kebaikan
yang sangat banyak). (HR. Ahmad dan Nasa’i)
Dengan redaksi
yang hampir sama Imam Ibnu Majah juga meriwayatkan hadits tersebut di dalam Sunan Ibnu Majah dari Anas bin Malik r.a.:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ دَخَلَ رَمَضَانُ فَقَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ
وَفِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ
الْخَيْرَ كُلَّهُ وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلاَّ مَحْرُومٌ . (رواه ابن ماجة)
Anas
bin Malik r.a. berkata, Ramadhan telah tiba, kemudian Rasulullah Saw. bersabda,
‘Sesungguhnya bulan ini (Ramadhan) telah datang di tengah-tengah kalian, dan di
dalamnya terdapat satu malam yang (nilainya) lebih baik dari seribu bulan.
Siapa yang terhalangi dari mendapatkan malam itu berarti terhalangi dari segala
kebaikan. Dan tidak terhalangi dari kebaikannya kecuali orang-orang yang tidak
punya bagian dari kebahagiaan. (HR. Ibnu Majah)
Saudaraku, inilah di antara hikmah malam lailatul qadar yang begitu luar biasa. Allah sangat menyayangi umat Muhammad. Allah memberi peluang kepada kita untuk berumur panjang melebihi usia yang kita miliki. Malam lailatul qadar adalah kesempatan emas bagi setiap orang yang ingin mengejar ketertinggalannya dalam hal beribadah.
Bagi orang yang
masih bergelimang dosa dan maksiat, malam lailatul qadar adalah kesempatan
untuk menghapus dosa dan maksiatnya. Sedang bagi orang yang selama ini sudah
gemar beramal saleh, malam lailatul qadar adalah peluang untuk meningkatkan
tabungan amal salehnya agar menjadi berlipat ganda. Setiap Muslim
berkepentingan memburu malam lailatul qadar, sebagaimana setiap Muslim memiliki
kesempatan yang sama untuk mendapatkannya. Semoga, di bulan Ramadhan kali ini
kita termasuk orang yang beruntung memperoleh anugerah malam lailatul qadar.
Amin.
alhmadulillah, bisa menyimak lagi tulisan2 inspiratif dari seniorku..monggo mampir2 di blogku: ladangimaji.blogspot.com
ReplyDeletesenior:tua? hedeh.. masih muda bos..
ReplyDeletelagi khusyuk membaca tulisan2 nur alamsyah di ladangimaji.blogspot.com
ReplyDelete