|| Oleh: Afiyatul Azizah Harun ||
Hijrah Rasul merupakan peristiwa mahapenting dalam
sejarah kemajuan Islam. Ia mampu merumuskan peta kekuatan baru antara penganut
agama tauhid dengan kaum paganis di jazirah Arab dan dunia. Hijrah dengan
segala lika-likunya adalah peristiwa sarat makna yang tak pernah kering untuk
digali. Dengan hijrah, dakwah yang begitu tersendat di makkah mendapat lahan
subur di Madinah. Maka sudah sewajarnya apabila umat Islam merayakan dan
memperingati peristiwa besar ini dengan penuh khidmat dan penghayatan.
Selama kurang lebih tiga belas tahun berjibaku dengan
kejahiliahan kafir Quraisy yang kolot, Rasul akhirnya memutuskan untuk hijrah
ke Yatsrib setelah melakukan berbagai persiapan awal melalui baiat Aqabah Ula
dan baiat Aqabah Kubra. Persiapan-persiapan ini sesungguhnya sangat berperan
dalam memuluskan proses hijrah. Sebab para pelaku Baiat Aqabah inilah yang
meretas jalan agama Allah di Yatsrib, untuk mempersiapkan kedatangan Rasul
pilihan. Bahkan para sejarawan Yahudi dengan mantap menegaskan kalau kesuksesan
hijrah Rasul ke Madinah tidak luput dari suksesnya baiat Aqabah Kubra yang
dimotori oleh dua suku terbesar di Madinah, yaitu Auz dan Khazraj. (Bintu
Syathi’: Ma’al Musthafa)
Awal Penanggalan Hijriyah
Dalam perjalanannya, umat Islam berinisiatif membuat
penanggalan kalender sendiri dengan mengambil titik awal hijrah Rasul. Ini
merupakan salah satu kebiasaan kaum Arab yang mendasarkan pembuatan kelender
atas peristiwa penting di antara mereka. Secara terpisah, ini juga merupakan
salah satu hikmah dari hijrah Rasul. Sebelum mengenal penanggalan hijriyah,
orang-orang Arab memakai penanggalan Tahun Gajah yang didasarkan atas peristiwa
hancurnya pasukan Abrahah ketika hendak menginspeksi Makkah dan menyerang Kakbah.
Adalah khalifah Umar bin Khattab yang pertama kali
berinisiatif untuk membuat penanggalan hijriyah ini. Semula ia ingin menetapkan
Ramadhan sebagai bulan pertama dalam penanggalan hijriyah. Tapi dengan berbagai
pertimbangan ia urung dan menetapkan Muharram sebagai bulan pertama dalam
hitungan penanggalan hijriyah. Keputusan bersejarah Khalifah Umar ini terjadi
diambil pada bulan Jumadil Ula tahun 16 (Askary; Al-Awa’il).
Hijrah dan Emansipasi Muslimah
Selain
penanggalan hijriyah, hikmah peristiwa hijrah yang tidak kalah penting bagi
kehidupan umat Islam zaman sekarang ialah fakta bahwa aktor di balik layar yang
turut serta menyukseskan peristiwa hijrah Rasul ialah seorang Muslimah. Bahkan Muslimah
yang sedang hamil tujuh bulan bernama Asma’ binti Abu Bakar. Dialah yang
mengirim kebutuhan logistik Rasulullah dan ayahnya, Abu Bakar ketika peristiwa
hijrah. Ia menempuh perjalanan panjang, membelah padang pasir di bawah teriknya
matahari musim panas.
Tidak sampai disitu saja. Sepulang dari
mengirim kebutuhan makanan, ia diinterogasi oleh rombongan Abu Jahal yang
mendatangi rumahnya dengan kasar. Di dalam buku-buku sejarah juga digambarkan
betapa Asma’ mendapat hadiah tamparan keras Abu Jahal karena jawabannya yang
tidak memuaskan.
Semua
fakta ini dengan tegas menyatakan bahwa Muslimah merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan dakwah Islam. Emansipasi yang sekarang ini
digembar-gemborkan oleh banyak pihak, nyatanya sudah ada dan bukan hal baru
dalam Islam. Hanya bedanya, emansipasi yang dikehendaki Islam ialah emansipasi
yang bermoral dan tetap mempertimbangkan fitrah kaum perempuan. Bukan
emansipasi buta yang menuntut persamaan dalam segala hal. Inilah keadilan di
dalam Islam; memberikan sesuatu sesuai porsi dan kodtratnya. Wallahu a’lam.
Selamat
Tahun Baru Hijriyah 1435 H
No comments:
Post a Comment
Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...