Saturday 9 November 2013

Renungan Tahun Baru: Hijrah dan Emansipasi Muslimah



|| Oleh: Afiyatul Azizah Harun ||

Hijrah Rasul merupakan peristiwa mahapenting dalam sejarah kemajuan Islam. Ia mampu merumuskan peta kekuatan baru antara penganut agama tauhid dengan kaum paganis di jazirah Arab dan dunia. Hijrah dengan segala lika-likunya adalah peristiwa sarat makna yang tak pernah kering untuk digali. Dengan hijrah, dakwah yang begitu tersendat di makkah mendapat lahan subur di Madinah. Maka sudah sewajarnya apabila umat Islam merayakan dan memperingati peristiwa besar ini dengan penuh khidmat dan penghayatan.

Selama kurang lebih tiga belas tahun berjibaku dengan kejahiliahan kafir Quraisy yang kolot, Rasul akhirnya memutuskan untuk hijrah ke Yatsrib setelah melakukan berbagai persiapan awal melalui baiat Aqabah Ula dan baiat Aqabah Kubra. Persiapan-persiapan ini sesungguhnya sangat berperan dalam memuluskan proses hijrah. Sebab para pelaku Baiat Aqabah inilah yang meretas jalan agama Allah di Yatsrib, untuk mempersiapkan kedatangan Rasul pilihan. Bahkan para sejarawan Yahudi dengan mantap menegaskan kalau kesuksesan hijrah Rasul ke Madinah tidak luput dari suksesnya baiat Aqabah Kubra yang dimotori oleh dua suku terbesar di Madinah, yaitu Auz dan Khazraj. (Bintu Syathi’: Ma’al Musthafa)

 Awal Penanggalan Hijriyah

 Dalam perjalanannya, umat Islam berinisiatif membuat penanggalan kalender sendiri dengan mengambil titik awal hijrah Rasul. Ini merupakan salah satu kebiasaan kaum Arab yang mendasarkan pembuatan kelender atas peristiwa penting di antara mereka. Secara terpisah, ini juga merupakan salah satu hikmah dari hijrah Rasul. Sebelum mengenal penanggalan hijriyah, orang-orang Arab memakai penanggalan Tahun Gajah yang didasarkan atas peristiwa hancurnya pasukan Abrahah ketika hendak menginspeksi Makkah dan menyerang Kakbah.

Adalah khalifah Umar bin Khattab yang pertama kali berinisiatif untuk membuat penanggalan hijriyah ini. Semula ia ingin menetapkan Ramadhan sebagai bulan pertama dalam penanggalan hijriyah. Tapi dengan berbagai pertimbangan ia urung dan menetapkan Muharram sebagai bulan pertama dalam hitungan penanggalan hijriyah. Keputusan bersejarah Khalifah Umar ini terjadi diambil pada bulan Jumadil Ula tahun 16 (Askary; Al-Awa’il).

Hijrah dan Emansipasi Muslimah

Selain penanggalan hijriyah, hikmah peristiwa hijrah yang tidak kalah penting bagi kehidupan umat Islam zaman sekarang ialah fakta bahwa aktor di balik layar yang turut serta menyukseskan peristiwa hijrah Rasul ialah seorang Muslimah. Bahkan Muslimah yang sedang hamil tujuh bulan bernama Asma’ binti Abu Bakar. Dialah yang mengirim kebutuhan logistik Rasulullah dan ayahnya, Abu Bakar ketika peristiwa hijrah. Ia menempuh perjalanan panjang, membelah padang pasir di bawah teriknya matahari musim panas.

Tidak sampai disitu saja. Sepulang dari mengirim kebutuhan makanan, ia diinterogasi oleh rombongan Abu Jahal yang mendatangi rumahnya dengan kasar. Di dalam buku-buku sejarah juga digambarkan betapa Asma’ mendapat hadiah tamparan keras Abu Jahal karena jawabannya yang tidak memuaskan.

Semua fakta ini dengan tegas menyatakan bahwa Muslimah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan dakwah Islam. Emansipasi yang sekarang ini digembar-gemborkan oleh banyak pihak, nyatanya sudah ada dan bukan hal baru dalam Islam. Hanya bedanya, emansipasi yang dikehendaki Islam ialah emansipasi yang bermoral dan tetap mempertimbangkan fitrah kaum perempuan. Bukan emansipasi buta yang menuntut persamaan dalam segala hal. Inilah keadilan di dalam Islam; memberikan sesuatu sesuai porsi dan kodtratnya. Wallahu a’lam.
Selamat Tahun Baru Hijriyah 1435 H

Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment

Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...