Seorang perempuan di pedalaman India merasa
putus asa dengan pernikahannya. Ia tidak tahan karena suaminya selalu berbuat
kasar. Maka perempuan itu mengadukan permasalahannya kepada tetua kampung yang
tepercaya. Ia tumpahkan semua keluh kesah dan deritanya dengan harapan mendapat
jalan keluar.
Mendengar
keluh kesah seperti itu, tetua kampung lantas berkata,
“Cabutlah
lima bulu serigala yang masih hidup.
Lalu bawa bulu-bulu itu kemari agar kubacakan mantra hingga dapat melunakkan
hati suamimu.”
Sejenak perempuan itu tertegun.
Ia
membatin; bagaimana mungkin dapat melakukannya? Bagaimana mungkin dapat
mencabut bulu serigala yang masih hidup?
Tapi
meski terasa mustahil, perempuan itu tetap menuruti permintaan
tetua kampung. Ia kemudian menuju padang pasir dengan harapan dapat bertemu serigala.
Sejurus
kemudian ia melihat seekor induk serigala yang menyeret
kambing buruannya menuju gua. Perempuan
itu
terus mengawasi. Dari kejauhan ia melihat serigala itu menyantap
daging kambing buruannya dengan lahap bersama anak-anaknya.
Di hari
kedua, dia pergi ke gurun sambil membawa sekerat daging dan tulang lalu
meletakkannya di jalan yang kemarin dilewati oleh serigala. Dia berharap induk serigala yang kemarin ia temui melihat daging itu dan
menyantapnya.
Benar
saja. Tak lama kemudian serigala pun datang lalu
memakan sebagian daging itu dan membawa sebagiannya lagi ke dalam gua untuk
anak-anaknya.
Di hari
ketiga, dia kembali pergi ke gurun membawa daging yang lebih banyak lagi dan
meletakkan di jalan yang dilewati serigala. Kali ini pun serigala datang dan menyantap daging yang ia bawa.
Setiap
hari dia melakukan hal yang sama: membawa daging dan menunggu serigala datang sambil selangkah demi selangkah mendekati serigala yang sedang menyantap daging bawaannya.
Akhirnya
serigala itu menjadi jinak
dan merasa tak terganggu dengan kehadirannya. Bahkan induk serigala itu juga mengajak anak-anaknya keluar gua untuk
menyantap daging yang dibawanya. Hingga pada suatu hari, ketika induk serigala
dan anak-anaknya itu sedang asyik menyantap daging yang dibawanya, ia membelai
salah satu anak serigala dan dengan hati-hati mencabut bulunya sebanyak lima.
Perempuan itu senang bukan kepalang
karena akhirnya berhasil mendapatkan lima bulu serigala yang masih hidup. Ia pun bergegas menuju rumah
tetua kampung sambil menyerahkan kelima bulu tersebut.
“Pak
Tetua, ini lima bulu serigala yang engkau
syaratkan,” ucap perempuan itu.
Sekali
ini gantian tetua kampung yang tertegun lalu bertanya,
“Bagaimana
kamu bisa mendapatkannya? Apa yang kamu lakukan hingga dapat mencabut bulu serigala yang masih hidup?”
Perempuan itu kemudian menceritakan
apa yang ia lakukan selama ini dengan
berkata,
“Aku
berusaha mengambil hati serigala sehingga dia merasa nyaman dan tidak
menyerangku. Sekarang segeralah bacakan mantra pada kelima bulu itu agar
suamiku bersikap baik kepadaku.”
Mendengar
itu maka tetua kampung berkata penuh wibawa,
“Anakku,
sesungguhnya jalan keluar dari permasalahanmu ada pada dirimu sendiri. Kalau
binatang buas saja dapat kamu tundukkan, bagaimana mungkin kamu tidak dapat
menundukkan hati suamimu?!”
“Maksud Tetua?” tanya perempuan
itu.
“Lakukanlah
sesuatu untuk dapat mengambil hati suamimu sebagaimana yang engkau lakukan
untuk dapat menjinakkan serigala. Sungguh, jika kamu
dapat bersikap manis kepada suamimu pasti dia akan mencintaimu. Dan ketika dia
sudah mencintaimu maka hatinya akan tunduk kepadamu,” kata tetua kampung itu
menutup nasihatnya.
Saudaraku, fokuslah untuk selalu berbuat baik, dan jangan menunggu orang lain berbuat baik untuk menyenangkanmu. Terkait dengan kehidupan rumah tangga, tentu tak selamanya hidup sesuai dengan apa yang kita harapkan, hingga dibutuhkan banyak penyesuaian dan upaya membumikan harapan. Kita juga harus rela mengorbankan beberapa keinginan terpendam kita demi kebaikan bersama. Sebagaimana kita tak sempurna, begitulah kondisi pasangan kita sehingga dibutuhkan sikap saling terbuka dan menerima. Pada intinya, marilah kita berbuat baik, berpikir positif, dan bersikap optimis. Karena dengan semua itu hidup akan bahagia dan menyenangkan.
No comments:
Post a Comment
Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...