Saturday 23 May 2015

Kisah Lima Bulu Serigala

Seorang perempuan di pedalaman India merasa putus asa dengan pernikahannya. Ia tidak tahan karena suaminya selalu berbuat kasar. Maka perempuan itu mengadukan permasalahannya kepada tetua kampung yang tepercaya. Ia tumpahkan semua keluh kesah dan deritanya dengan harapan mendapat jalan keluar.

Mendengar keluh kesah seperti itu, tetua kampung lantas berkata,
“Cabutlah lima bulu serigala yang masih hidup. Lalu bawa bulu-bulu itu kemari agar kubacakan mantra hingga dapat melunakkan hati suamimu.”

Sejenak perempuan itu tertegun.

Ia membatin; bagaimana mungkin dapat melakukannya? Bagaimana mungkin dapat mencabut bulu serigala yang masih hidup?

Tapi meski terasa mustahil, perempuan itu tetap menuruti permintaan tetua kampung. Ia kemudian menuju padang pasir dengan harapan dapat bertemu serigala.

Sejurus kemudian ia melihat seekor induk serigala yang menyeret kambing buruannya menuju gua. Perempuan itu terus mengawasi. Dari kejauhan ia melihat serigala itu menyantap daging kambing buruannya dengan lahap bersama anak-anaknya.

Di hari kedua, dia pergi ke gurun sambil membawa sekerat daging dan tulang lalu meletakkannya di jalan yang kemarin dilewati oleh serigala. Dia berharap induk serigala yang kemarin ia temui melihat daging itu dan menyantapnya.

Benar saja. Tak lama kemudian serigala pun datang lalu memakan sebagian daging itu dan membawa sebagiannya lagi ke dalam gua untuk anak-anaknya.

Di hari ketiga, dia kembali pergi ke gurun membawa daging yang lebih banyak lagi dan meletakkan di jalan yang dilewati serigala. Kali ini pun serigala datang dan menyantap daging yang ia bawa.

Setiap hari dia melakukan hal yang sama: membawa daging dan menunggu serigala datang sambil selangkah demi selangkah mendekati serigala yang sedang menyantap daging bawaannya.

Akhirnya serigala itu menjadi jinak dan merasa tak terganggu dengan kehadirannya. Bahkan induk serigala itu juga mengajak anak-anaknya keluar gua untuk menyantap daging yang dibawanya. Hingga pada suatu hari, ketika induk serigala dan anak-anaknya itu sedang asyik menyantap daging yang dibawanya, ia membelai salah satu anak serigala dan dengan hati-hati mencabut bulunya sebanyak lima.

Perempuan itu senang bukan kepalang karena akhirnya berhasil mendapatkan lima bulu serigala yang masih hidup. Ia pun bergegas menuju rumah tetua kampung sambil menyerahkan kelima bulu tersebut.

“Pak Tetua, ini lima bulu serigala yang engkau syaratkan,” ucap perempuan itu.

Sekali ini gantian tetua kampung yang tertegun lalu bertanya,
“Bagaimana kamu bisa mendapatkannya? Apa yang kamu lakukan hingga dapat mencabut bulu serigala yang masih hidup?”

Perempuan itu kemudian menceritakan apa yang ia lakukan selama ini dengan berkata,
“Aku berusaha mengambil hati serigala sehingga dia merasa nyaman dan tidak menyerangku. Sekarang segeralah bacakan mantra pada kelima bulu itu agar suamiku bersikap baik kepadaku.”

Mendengar itu maka tetua kampung berkata penuh wibawa,
“Anakku, sesungguhnya jalan keluar dari permasalahanmu ada pada dirimu sendiri. Kalau binatang buas saja dapat kamu tundukkan, bagaimana mungkin kamu tidak dapat menundukkan hati suamimu?!”

“Maksud Tetua?” tanya perempuan itu.

“Lakukanlah sesuatu untuk dapat mengambil hati suamimu sebagaimana yang engkau lakukan untuk dapat menjinakkan serigala. Sungguh, jika kamu dapat bersikap manis kepada suamimu pasti dia akan mencintaimu. Dan ketika dia sudah mencintaimu maka hatinya akan tunduk kepadamu,” kata tetua kampung itu menutup nasihatnya.

Saudaraku, fokuslah untuk selalu berbuat baik, dan jangan menunggu orang lain berbuat baik untuk menyenangkanmu. Terkait dengan kehidupan rumah tangga, tentu tak selamanya hidup sesuai dengan apa yang kita harapkan, hingga dibutuhkan banyak penyesuaian dan upaya membumikan harapan. Kita juga harus rela mengorbankan beberapa keinginan terpendam kita demi kebaikan bersama. Sebagaimana kita tak sempurna, begitulah kondisi pasangan kita sehingga dibutuhkan sikap saling terbuka dan menerima. Pada intinya, marilah kita berbuat baik, berpikir positif, dan bersikap optimis. Karena dengan semua itu hidup akan bahagia dan menyenangkan.

Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment

Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...