Seperti yang sudah dijadwalkan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) resmi memulai program dai
bersertifikat. Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Ketua Komisi Dakwah MUI Cholil Nafis kepada Republika, Selasa (26/5).
"Kita ingin ada dai bersertifikat. Bukan
sertifikasi dai. Program dai bersertifikat merupakan bentuk sertifikasi
profesi. Oleh karena itu, tidak seluruh dai wajib mendapatkan sertifikat dari
MUI,” ujarnya.
Lewat program ini, kelak akan akan terlihat tingkatan-tingkatan kualifikasi
dai, mulai dari basic (dasar) sampai advance (ahli). Tingkatan itu berguna untuk
mengetahui dai yang cocok dengan suatu wilayah. Ia mencontohkan, sebuah tempat
yang membutuhkan dai dengan kualifikasi tinggi tidak mungkin dikirim dai
berkualifikasi dasar.
Program ini dimulai dari Training of Trainers (ToT) Dakwah MUI yang berlangsung di Jakarta mulai kemarin, 26 Mei hingga 30 Mei 2015 mendatang. Kemudian dari hasil ToT ini akan disebarkan ke setiap provinsi, dengan harapan paling lambat tahun depan sudah bisa mencakup nasional.
Peran MUI dalam hal ini adalah memberikan kepastian tentang level seorang dai dan kualifikasinya. Tapi program ini tidak berarti memaksakan kepada setiap pendakawah untuk mengikuti ToT Dakwah.
Kejelasan Kriteria
Sementara itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta
kejelasan dari kriteria program dai bersertifikat. Menurut Sekretaris Jendral
PBNU, Marsudi Syuhud, sertifikasi harus jelas. Mau sertifikasi keilmuan, paham,
referensi bacaan atau kecakapan dai di atas panggung.
Sebab, NU sendiri menurut Marsudi sudah memiliki standar yang jelas untuk para dai lewat pendidikan pesantren. Maka apabila NU atau ormas lain seperti Muhammadiyah sudah memiliki standar kualifikasi dai, apakah MUI perlu membuat standar sendiri?
Sebab, NU sendiri menurut Marsudi sudah memiliki standar yang jelas untuk para dai lewat pendidikan pesantren. Maka apabila NU atau ormas lain seperti Muhammadiyah sudah memiliki standar kualifikasi dai, apakah MUI perlu membuat standar sendiri?
"Tapi sertifikat memang bukan barang baru dan aneh," tambah Marsudi. (ROL)
No comments:
Post a Comment
Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...