Thursday 18 June 2015

Kultum (1): Ramadan Bukan Bulan Sinetron


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا، وَهُوَ الَّذِيْ جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُوْرًا، وَصَلَّى اللهُ عَلَى مَنْ بُعِثَ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ وَاقْتَفَى أَثَرَهُ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا ، أَمَّا بَعْدُ:

Saudaraku…

Ramadan tidak datang selamanya. Ia akan selesai hanya dalam bilangan hari saja. Maka siapa yang mampu memanfaatkan kesempatan datangnya Ramadan, dialah orang yang cerdas. Dialah orang yang punya tekad dan kemauan kuat. Sebab waktu adalah modal setiap orang. Usia adalah hal paling mulia yang harus erat dipegang. Setiap jam yang kita lalui dalam hidup ini bisa kita pakai untuk meninggikan bangunan kemuliaan diri dan membahagiakan keluarga.

Oleh karena itu, apabila kita ingin meraih mulia, membahagiakan keluarga, di dunia dan akhirat sentosa, maka tinggalkan berleha-leha. Jagalah jarak dengan yang namanya urusan sia-sia. Allah menciptakan waktu dengan sebaik-baiknya. Tidak untuk dipakai hura-hura dan membicarakan hal yang sia-sia.

Karena pentingnya waktu, Allah bersumpah demi waktu pada banyak ayat dalam Al-Quran. pada surat Al-Lail ayat 1—2 Allah swt. berfirman:
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى . وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى
Artinya:
Demi malam apabila telah gulita. Dan demi siang apabila telah benderang.

Dalam surat Ad-Duha ayat 1—2 Allah swt. juga berfirman:
وَالضُّحَى . وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى
Artinya:
Demi waktu duha. Dan demi malam apabila telah gulita.

Dalam surat Al-Ashr ayat 1—2 Allah swt. juga berfirman:
وَالْعَصْرِ . إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
Artinya:
Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian.

Apabila menjaga waktu harus kita lakukan setiap saat, maka menjaganya pada momen-momen yang penuh keberkahan harus lebih kita tingkatkan. Kalau menyia-nyiakan waktu dianggap suatu kebodohan, maka alangkah sangat bodoh seseorang bila menyiakan waktu yang di dalamnya sarat dengan kemuliaan.

Saudaraku yang dimuliakan Allah…

Ada orang yang kurang beruntung karena tidak memahami hikmah puasa dan keutamaan bulan Ramadan. Sehingga, ia hanya menganggap Ramadan sebagai kesempatan untuk begadang malam menyaksikan sajian film dan sinetron, lalu tidur di pagi hari sampai matahari hampir tenggelam untuk persiapan buka puasa.

Sungguh, Ramadan bukanlah bulan sinetron. Bukan bulan kuis. Bukan pula bulan untuk nongkrong atas nama ngabuburit. Bulan Ramadan jauh lebih mulia dari itu semua, dan agama berlepas tangan dari hal-hal yang identik sebagai kebiasaan setiap Ramadan tiba itu.

Sudah selayaknya kita memahami rahasia puasa dan memanfaatkan keutamaannya. Sehingga, kita dapat merasakan buahnya. 

Mari kita isi siang hari bulan Ramadan dengan kegiatan yang produktif. Dengan hal-hal positif dalam frame taawanu alal birri wat taqwa. Dan mari kita isi malam harinya dengan shalat, tilawah, serta muhasabah. Agar dengan semua itu, kita bisa lulus dari sekolah Ramadan dengan predikat sebagai orang yang beruntung.

Semoga Allah membangunkan kita dari kelalaian diri, dan memberi kita kekuatan untuk memanfaatkan keberkahan Ramadan tahun ini. Amin.


Referensi: Durus Ramadan, Syekh Muhammad Ibrahim Al-Hamd. Disunting oleh Ali Ghufron.

Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment

Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...