اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا
مُنِيْرًا، وَهُوَ الَّذِيْ جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ
أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُوْرًا، وَصَلَّى اللهُ عَلَى مَنْ بُعِثَ بِالْهُدَى
وَدِيْنِ الْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى
نَهْجِهِ وَاقْتَفَى أَثَرَهُ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا ، أَمَّا بَعْدُ:
Saudaraku…
Ramadan tidak datang selamanya. Ia akan selesai
hanya dalam bilangan hari saja. Maka siapa yang mampu memanfaatkan kesempatan
datangnya Ramadan, dialah orang yang cerdas. Dialah orang yang punya tekad dan
kemauan kuat. Sebab waktu adalah modal setiap orang. Usia adalah hal paling
mulia yang harus erat dipegang. Setiap jam yang kita lalui dalam hidup ini bisa
kita pakai untuk meninggikan bangunan kemuliaan diri dan membahagiakan
keluarga.
Oleh karena itu, apabila kita ingin meraih
mulia, membahagiakan keluarga, di dunia dan akhirat sentosa, maka tinggalkan
berleha-leha. Jagalah jarak dengan yang namanya urusan sia-sia. Allah
menciptakan waktu dengan sebaik-baiknya. Tidak untuk dipakai hura-hura dan
membicarakan hal yang sia-sia.
Karena pentingnya waktu, Allah bersumpah demi
waktu pada banyak ayat dalam Al-Quran. pada surat Al-Lail ayat 1—2 Allah swt.
berfirman:
وَاللَّيْلِ
إِذَا يَغْشَى . وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى
Artinya:
Demi malam apabila telah gulita. Dan demi siang
apabila telah benderang.
Dalam surat Ad-Duha ayat 1—2 Allah swt. juga
berfirman:
وَالضُّحَى
. وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى
Artinya:
Demi waktu duha. Dan demi malam apabila telah
gulita.
Dalam surat Al-Ashr ayat 1—2 Allah swt. juga
berfirman:
وَالْعَصْرِ
. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
Artinya:
Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar
dalam kerugian.
Apabila menjaga waktu harus kita lakukan setiap
saat, maka menjaganya pada momen-momen yang penuh keberkahan harus lebih kita
tingkatkan. Kalau menyia-nyiakan waktu dianggap suatu kebodohan, maka alangkah
sangat bodoh seseorang bila menyiakan waktu yang di dalamnya sarat dengan
kemuliaan.
Saudaraku yang dimuliakan Allah…
Ada orang yang kurang beruntung karena tidak
memahami hikmah puasa dan keutamaan bulan Ramadan. Sehingga, ia hanya
menganggap Ramadan sebagai kesempatan untuk begadang malam menyaksikan sajian
film dan sinetron, lalu tidur di pagi hari sampai matahari hampir tenggelam
untuk persiapan buka puasa.
Sungguh, Ramadan bukanlah bulan sinetron. Bukan
bulan kuis. Bukan pula bulan untuk nongkrong atas nama ngabuburit. Bulan
Ramadan jauh lebih mulia dari itu semua, dan agama berlepas tangan dari hal-hal
yang identik sebagai kebiasaan setiap Ramadan tiba itu.
Sudah selayaknya kita memahami rahasia puasa
dan memanfaatkan keutamaannya. Sehingga, kita dapat merasakan buahnya.
Mari
kita isi siang hari bulan Ramadan dengan kegiatan yang produktif. Dengan
hal-hal positif dalam frame taawanu alal birri wat taqwa. Dan mari kita isi
malam harinya dengan shalat, tilawah, serta muhasabah. Agar dengan semua itu,
kita bisa lulus dari sekolah Ramadan dengan predikat sebagai orang yang
beruntung.
Semoga Allah membangunkan kita dari kelalaian
diri, dan memberi kita kekuatan untuk memanfaatkan keberkahan Ramadan tahun
ini. Amin.
Referensi: Durus Ramadan, Syekh Muhammad Ibrahim
Al-Hamd. Disunting oleh Ali Ghufron.
No comments:
Post a Comment
Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...