Kebijakan
India yang melarang pemakaian jilbab dalam tes pra-medis mendapat kecaman
keras. Langkah itu dinilai sebagai ancaman terhadap masa depan perempuan Muslim
di anak benua India.
“Ayah
saya mengambil izin khusus supaya saya bisa mengenakan jilbab ke sekolah.
Mengapa saya harus menyerah sekarang?” kata Fatema Akhtar, seorang mahasiswi
Muslim di Mumbai kepada The Hindustan Times, Rabu (15/7).
Akhtar,
yang mencetak angka 92,6 persen saat ujian kelas XII, adalah satu dari ribuan
mahasiswa Muslim yang terancam masa depannya oleh aturan diskriminatif
ini.
Aturan
tersebut dikeluarkan oleh Central Board of Secondary Education (CBSE), awal bulan
ini. Rencananya, peraturan itu akan diterapkan selama All-India Pre-Medical
Test (AIPMT) yang dijadwalkan pada 25 Juli mendatang.
Selain
larangan mengenakan jilbab, aturan itu meliputi larangan memakai sepatu,
cincin, gelang, ikat pinggang, syal, topi, pakaian dengan kancing besar atau
lencana. Hal ini diklaim untuk mengurangi kecurangan dengan memastikan siswa
tidak menyembunyikan catatan di celah-celah pakaian.
Membela
larangan tersebut, Ketua CBSE Satbir Bedi mengatakan pihaknya tidak mengacu
pada jilbab saja. Instruksi ini juga mengacu pada jenis pakaian lain, seperti
syal dan topi. Meski begitu, aturan kontroversial ini telah memicu protes dari
kelompok-kelompok Muslim.
“Ini
termasuk pelanggaran kebebasan beragama. Kami meminta CBSE untuk mempertimbangkan
kembali,” kata Masoom Moradabadi, Sekjen All India Muslim
Majlis-e-Mushawarat.
No comments:
Post a Comment
Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...