|| Oleh: Ali Ghufron Sudirman ||
![]() |
(ilustrasi) |
Ibnu Abdul Bar menulis di dalam kitab Al-Istî’âb.[1], “Suwaibith bin Harmalah
adalah orang yang suka bercanda dan sangat kocak. Dia memiliki sebuah kisah
lucu bersama Nu’aiman dan Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. Di sini saya akan
menyebutkan kisah lucu tersebut.
Alkisah, setahun sebelum wafatnya Rasulullah Saw., Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. pergi berdagang
ke Bashra. Dalam perjalanan dagang ini ia ditemani oleh Nu’aiman dan Suwaibit bin Harmalah. Waktu
itu Nu’aiman yang kebagian membawa bekal perjalanan. Lalu Suwaibith yang suka
bercanda berkata kepadanya, “Beri aku makan.”
Nu’aiman menolak seraya berkata, “Tidak, tunggu sampai Abu Bakar r.a. datang,” katanya.
Suwaibith merasa kesal dengan halite kemudian ia berkata, “Awas saja, aku akan mengerjaimu dan membuatmu marah.”
Benar saja. Ketika keduanya melewati sebuah perkampungan, Suwaibit berkata kepada para penduduk tanpa
sepengetahuan Nu’aiman.
“Apakah kalian berminat membeli budakku itu?”
“Boleh. Kami akan membelinya,” jawab salah seorang penduduk.
“Tapi ada hal aneh pada budakku itu. Kalau kalian ingin membelinya, dia pasti
akan bilang, ‘Aku bukan budak. Aku orang merdeka.’ Jika budakku itu berkata demikian,
maka kalian janganlah membelinya,” jelas Suwaibit.
Karena orang-orang terlanjur tertarik dengan budak tawaran Suwaibit, maka mereka berkata,
“Meskipun budakmu bilang begitu, kami akan membelinya,” kata mereka sambil
menyerahkan sepuluh unta sebagai harganya.
Maka mereka pun segera mendatangi ‘si budak’ dan meletakkan surban untuk
mengikat lehernya. Tentu saja Nu’aiman protes.
“Laki-laki yang berkata kepada kalian itu hanya main-main. Aku bukan budak.
Aku orang merdeka,” jelasnya.
Tapi orang-orang tetap mengikat leher Nu’aiman dan berkata,
“Kami telah diberi tahu tuanmu kalau kamu akan mengatakan hal ini.”
Lalu mereka pun membawa Nu’aiman pergi. Kemudian ketika Abu Bakar r.a.
datang, Suwaibith menceritakan apa yang telah terjadi. Maka keduanya segera mengikuti
orang-orang yang telah membeli Nu’aiman tersebut untuk mengembalikan sepuluh
unta yang telah mereka serahkan sebagai ganti Nu’aiman.
Sepulang dari bergadang, cerita ini disampaikan kepada Rasulullah Saw., sehingga Rasulullah dan
orang-orang yang mendengarnya pun tertawa”[2]
[1] Lihat, Ibnu Abdul Bar, Al-Istî’âb, 2/690.
[2] HR. Ibnu Majah di dalam Al-Adab, 3719. Al-Albani
menyebutkan riwayat ini dalam Dha’îf Ibni Majah, 815. Kisah ini juga
diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah. Abu Dawud Ath-Thayalisyi dan Ar-Rauyani
juga meriwayatkan kisah ini, namun kisahnya terbalik, yaitu Nu’aiman yang
mengerjai, sedangkan yang dikerjai dan dijual adalah Suwaibith, seperti yang
terdapat di dalam catatan biografinya dalam Al-Ishâbah, 3/222.
No comments:
Post a Comment
Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...