Friday 11 October 2013

Seputar Berkurban (part 3)

|| Oleh: Ali Ghufron Sudirman ||

Hikmah Berkurban dari Apek Sosial
Dilihat dari aspek sosial, berkurban dimaksudkan untuk memberi kelapangan kepada fakir miskin, memberi makanan kepada mereka, dan menebar kebahagiaan di saat hari raya. Allah swt. berfirman:

لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ

supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir. (Al-Hajj: 28)

Di dalam ayat lain Allah swt. juga berfirman:

وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. (Al-Hajj: 36)

Dapat dikatakan bahwa berkurban merupakan salah satu bentuk ibadah sosial dalam Islam, di mana dengan berkurban tersebut, kita selalu diingatkan untuk peduli terhadap kondisi lingkungan sekitar, dan peduli terhadap kondisi masyarakat tempat kita tinggal.

Fakta ini menarik untuk kita renungkan bersama, karena ternyata, baik pada hari raya idulfitri maupun hari raya iduladha, kita selalu diperintahkan untuk peduli terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Pada hari raya idulfitri terdapat kewajiban zakat fitrah yang salah satu fungsinya, sebagaimana disebutkan di dalam hadits Nabi, sebagai thu'matan lil masâkîn, makanan untuk orang-orang miskin. Adapun pada hari raya iduladha, terdapat ritual berkurban yang juga salah satu fungsi dan hikmahnya adalah memberi makan orang-orang miskin.

Inilah satu dari dua makna hari raya di dalam agama Islam menurut Syekh Yusuf Qardhawi. Sebab, kata beliau di dalam bukunya, Mi'atu Su'âlin 'anil-Hajj wal-'Umrah wal-Udhiyah wal-Îdain, hari raya umat Islam itu memiliki dua ciri khas dalam pemaknaannya, yaitu makna ketuhanan, dan makna kemanusiaan. Kalau kita melihat hari raya pada sebagian agama lain dirayakan dengan menuruti hawa nafsu mereka, di mana orang-orang melakukan kemungkaran, mengerjakan dosa-dosa besar, dan meminum minuman haram yang memabukkan, tidak demikian dalam Islam.

Dalam agama kita, hari raya dimulai dengan shalat, baik itu Idulfitri maupun Iduladha, lalu dihiasi dengan takbir, sebagaimana hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani, “Hiasilah hari raya kalian dengan takbir.” Khusus pada hari raya Idul Adha, kalimat takbir muqayyad (takbir yang khusus untuk hari raya) disyariatkan dibaca setiap selesai mengerjakan shalat. Waktunya dimulai dari fajar hari tanggal sepuluh Dzulhijah sampai 23 shalat berikutnya, yaitu sampai waktu Ashar hari tasyriq ketiga. Sedangkan takbir ghair muqayyad (kalimat takbir pada umumnya) disyariatkan untuk dibaca pada setiap waktu. Seorang muslim harus menjaga makna ketuhanan ini, karena inilah makna ketuhanan dari hari raya umat Islam.

Adapun dari segi makna kemanusiaannya, pada hari raya Idul Fitri, Islam mewajibkan zakat fitrah untuk memberi makan orang-orang miskin sebagai bentuk bantuan, dan pada saat hari raya Iduladha, disyariatkanlah menyembelih kurban dengan maksud memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, keluarga, orang-orang di sekelilingnya, dan juga para fakir miskin. Memang sudah seyogianya seorang muslim ingat pada kaum fakir miskin yang kekurangan pada saat kegembiraan hari raya, bukan terbatas memikirkan diri sendiri dan melupakan mereka. Hal ini merupakan bagian dari perintah pada saat hari raya, dan inilah makna kemanusiaan dari hari raya umat Islam.

*Disarikan dari buku Tuntunan Berkurban dan Menyembelih Hewan karya Ali Ghufron, Amzah, Jakarta, cet. 2, 2013

Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment

Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...