Biksu Budha bernama Ashin Wirathu
ditengarahi menjadi dalang di balik pembantaian etnis muslim Rohingya lewat ajaran
kebenciannya. Biksu dari Mandalay kelahiran 1968 itu menyebarkan kebencian ke
tengah masyarakat Myanmar. Dia menanamkan ketakutan bahwa kelompok muslim
minoritas akan menguasai negara bila terus dibiarkan.
Dua tahun lalu, pidatonya diyakini
sebagai pemicu kerusuhan komunal di Myanmar di Kota Meikhtila. Padahal,
umat Muslim dan Budha di kota tersebut sudah hidup berdampingan sejak lama.
Waktu itu dia menyatakan,
sebagaimana dikutip The National, Jumat (29/3/2013) bahwa umat Muslim bila
berkuata takkan membiarkan umat agama lain menjalankan ritual keagamaannya.
“Kami tetap membiarkan mereka
(Muslim Myanmar) menjalankan perintah agamanya. Tetapi ketika iblis Muslim ini
memegang kendali atas kami, mereka tidak akan membiarkan kami menjalankan agama
yang kami anut,” ujar Wirathu dalam video tersebut.
“Mereka terus membeli lahan dan
bangunan di seluruh negeri. Mereka menggunakan uang untuk mendapatkan
perempuan-perempuan Myanmar,” lanjutnya.
Siapa Ashin
Wirathu
Ashin Wirathu memutuskan untuk menjadi biksu setelah putus sekolah pada usia 14 tahun. Namanya mulai dikenal setelah terlibat dalam kelompok ekstremis antimuslim "969" pada 2001, di mana dia divonus 25 tahun penjara pada 2003 karena aktivitas tersebut. Namun, pada 2010 dia sudah dibebaskan bersama tahanan politik yang lain.
Ashin Wirathu memutuskan untuk menjadi biksu setelah putus sekolah pada usia 14 tahun. Namanya mulai dikenal setelah terlibat dalam kelompok ekstremis antimuslim "969" pada 2001, di mana dia divonus 25 tahun penjara pada 2003 karena aktivitas tersebut. Namun, pada 2010 dia sudah dibebaskan bersama tahanan politik yang lain.
Sekeluar dari penjara, Ashin
Wirathu tetap aktif menyebarkan pandangannya melalui ceramah yang diunggah di
media-media sosial, di mana hingga saat ini berhasil menjaring sekitar 37 ribu
pengikut.
Ketika pertumpahan darah antara Rohingya dan Buddhis terjadi di Provinsi Rakhine beberapa tahun silam, Ashin semakin dikenal dengan pidato yang penuh amarahnya. Dia selalu menyasar komunitas Muslim dan sering kali memojokkan Rohingya. Dia juga yang memimpin demonstrasi yang mendesak orang-orang Rohingya direlokasi ke negara ketiga dan mendesak Pemerintah Myanmar mengeluarkan peraturan yang melarang perempuan Budha menikah dengan pria beragama lain tanpa izin pemerintah.
Ketika pertumpahan darah antara Rohingya dan Buddhis terjadi di Provinsi Rakhine beberapa tahun silam, Ashin semakin dikenal dengan pidato yang penuh amarahnya. Dia selalu menyasar komunitas Muslim dan sering kali memojokkan Rohingya. Dia juga yang memimpin demonstrasi yang mendesak orang-orang Rohingya direlokasi ke negara ketiga dan mendesak Pemerintah Myanmar mengeluarkan peraturan yang melarang perempuan Budha menikah dengan pria beragama lain tanpa izin pemerintah.
Ashin memimpin sekelompok massa
yang berani melakukan kekerasan demi mempertahankan pandangannya. Pengaruh kuat
Ashin menyebabkan setiap orang yang berbeda pandangan akan menjadi target
pendukungnya.
Dia pernah menjadi sampul majalah
TIME bertajuk 'Wajah Teror Pengikut Budha'. Dalam beberapa kali wawancara dan
khotbah, Wirathu konsisten mengampanyekan perlunya Myanmar terus menjadi negara
Budhis. Kalau muslim Rohingya harus dibatasi, bila tidak bisa dihabisi.
Muslim Nepal
Menjawab
Sepertinya apa yang dituduhkan
oleh Ashin Wirathu tidak akan dimengerti oleh warga Budha dan Hindu, khususnya
di Nepal. Sebab, saat gempa meluluhlantakan negeri dan menimbulkan korban
ribuan jiwa, Umat Islam Nepal dengan penuh antusias membantu warga Buddha dan
Hindu yang merupakan penduduk mayoritas Nepal yang menjadi korban.
Seperti diberitakan merdeka.com yang
meliput langsung ke Nepal, seorang anggota takmir Masjid Jami Nepal Mohammad
Rizwan mengatakan masjid-masjid yang selamat dari gempat menjadi pusat
pengiriman bantuan.
"Ini bantuan yang datang dari komunitas muslim Nepal. Kami mengirim ke
manapun warga membutuhkan," kata Rizwan.Menurut penuturannya,
setelah gempa 7,8 skala richter melanda pada 25 April lalu, takmir seluruh
masjid langsung berkumpul. Mereka mencari info adakah warga muslim yang jadi
korban. Ternyata di seputar Kathmandu hanya ada dua warga tewas dan belasan
cedera. Tapi mayoritas keluarga muslim selamat. Oleh sebab itu, kini Masjid
Jami menjadi pusat pengiriman bantuan logistik untuk korban gempa. Mayoritas
adalah beras, air bersih, dan makanan siap saji.
No comments:
Post a Comment
Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...