Anas bin Amir berharap dapat menikah
dengan perempuan cantik yang sedap dipandang mata. Dia akhirnya menikah. Tapi
ketika membuka penutup wajah sang istri, Anas kecewa karena ternyata sang istri
berwajah hitam dan jelek. Rasa kecewa itu membuatnya tidak mau menggauli
istrinya pada saat malam pertama dan malam-malam berikutnya. Dia pergi
meninggalkan rumah.
Ketika sang istri merasa bahwa kondisinya
akan terus seperti itu dia segera menemui suaminya dan berkata, ‘Wahai, Anas.
Bisa jadi kebaikan itu tersembunyi dari sesuatu yang terlihat buruk.”
Akhirnya Anas tersadar. Dia pun mau
menggauli istrinya tapi masih menyimpan rasa ketidakpuasannya. Lama-kelamaan
Anas tak mampu memendam kekecewaan itu. Dia kembali pergi meninggalkan rumah.
Tapi sekali ini dia pergi selama dua puluh tahun dan tidak sadar bahwa sang
istri telah mengandung anaknya.
Setelah pergi selama dua puluh tahun itu
Anas kembali ke Madinah dan segera memasuki masjid untuk shalat. Selesai menjalankan
shalat dia mendengarkan ceramah imam yang sangat memukau hatinya. Dia kemudian
bertanya kepada para jamaah yang hadir.
“Siapa gerangan imam itu?” tanyanya.
“Apa Anda tidak tahu? Dia Imam Malik,”
jawab orang yang ditanya dengan sedikit heran.
“Anak siapa?” tanya Anas penasaran.
Kali ini orang yang ditanya cuma
menggelengkan kepala.
“Kami kurang tahu siapa ayahnya. Tapi
katanya, ayah beliau telah meninggalkan Madinah sejak dua puluh tahun yang
lalu. Namanya Anas.”
Mendengar itu Anas bin Amir mendekati
Imam Malik dan berkata,
“Saya ingin berkunjung ke rumahmu. Tapi
saya hanya akan berhenti di depan pintu. Tolong katakan kepada ibumu bahwa di
depan rumah ada orang yang berkata bahwa bisa jadi kebaikan itu tersembunyi
dari sesuatu yang terlihat buruk.”
Imam Malik dengan senang hati
mempersilakan Anas untuk berkunjung ke rumahnya. Setelah masuk rumah beliau pun
memberi tahu perihal tamu aneh tersebut kepada sang ibu. Serta-merta ibu Imam
Malik berkata,
“Cepat. Buka pintu. Dia adalah ayahmu
yang pulang setelah lama pergi,” ucapnya penuh gembira.
Selama ini dia memang tidak pernah
menceritakan hal yang buruk perihal suaminya. Pertemuan itu pun sangat
mengharukan. Itulah sosok perempuan salihah. Itulah ibunda Imam Malik.
Saudaraku, jangan pernah menilai keindahan dari tampilan luarnya saja karena penampilan luar bisa saja menipu kita. Jangan pula menghukumi sesuatu dari kulitnya saja, sebab kulit bisa dipoles untuk menutupi keburukannya.
No comments:
Post a Comment
Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...