Thursday 9 July 2015

Heboh Pembalut Berklorin; Ini Penjelasannya

Berikut ini penjelasan dari Prof. Zullies Ikawati terkait geger pembalut yang mengandung Klorin:

Apakah teman-teman pernah menggunakan pemutih pakaian pada saat mencuci? Itu juga mengandung Klorin, tepatnya merupakan senyawa sodium hipoklorit. Kok ngga pada ribut yah? padahal baju yang diputihkan mungkin juga mengandung klorin…

Air minum juga kadang mengandung klorin jika dijernihkan menggunakan kaporit (senyawa Kalsium hipoklorit), terutama air PDAM…
Klorin bisa bersifat desinfektan juga jadi dapat dipakai utk mendesinfeksi bebagai barang (bisa dibaca di sini : http://chlorine.americanchemistry.com/FAQs/Chlorine-Bleach)

Klorin yang terdapat pada pembalut wanita yang sedang ramai dibicarakan diperkirakan merupakan sisa dari pemutihan (bleaching) dari pulp yang digunakan sebagai campuran pengisi pembalut. Memang di negara maju bleaching dengan gas klorin sudah tidak banyak digunakan lagi karena kekhawatiran menghasilkan dioksin, dan beralih ke H2O2. Mungkin produk-produk dalam negeri masih banyak menggunakan bahan baku yang diputihkan menggunakan klorin karena faktor ekonomi. Ini yang kita agak kecolongan karena kalau di negara maju sudah jauh ditinggalkan.

Efek toksik klorin yang utama adalah jika terhirup ke saluran pernapasan. Tapi kan kita tidak akan menghirup-hirup pembalut?

Jika hanya tersentuh saja, kontak dengan kulit seperti pada pemakaian pembalut, mungkin lebih menyebabkan iritasi atau alergi buat yang sensitif. Yang enggak sensitif ya tidak merasa apa-apa… (iniprofil toksikologi klorin:http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp172-c2.pdf

Yang dulu sempat ramai adalah justru dioksin, yang merupakan hasil samping dari pemutihan dengan klorin. Untuk membaca lebih lanjut tentang dioxin dan pembalut wanita: https://zulliesikawati.wordpress.com/2010/11/16/dioksin-dan-pembalut-wanita/

Kasak-kusuk soal klorin yang terdapat dalam pembalut wanita sudah diklarifikasi oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Klorin tidak berbahaya jika ditemukan dalam jumlah sedikit, dan hanya beracun jika termakan atau terminum.

“Klorin itu berbahaya jika termakan atau terminum. Jadi klorin itu dilarang digunakan dalam makanan dan minuman,” tutur Dra. Maura Linda Sitanggang, Apt, PhD, Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes.

Dengan kata lain, dra. Linda mengatakan bahwa pembalut yang saat ini beredar aman digunakan. Ia juga meluruskan soal Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No 472/1996 yang dikatakan melarang penggunaan klorin karena bersifat racun dan iritan.

Dijelaskan Linda bahwa Permenkes tersebut dimaksudkan untuk melarang penggunaan klorin dalam pembuatan obat dan makanan. Soal temuan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Linda beranggapan bahwa mungkin saja yang dimaksudkan adalah dioxine.

“Kalau klorin selama tidak tertelan ya tidak berbahaya. Mungkin yang dimaksud adalah dioxine, karena dioxine mudah menguap dalam suhu panas. Ini yang bisa menyebabkan kulit iritasi dan kanker,” ungkapnya.

Menteri Kesehatan mengatakan bahwa soal iritasi dan gatal-gatal akibat pembalut merupakan kasus individual. Artinya kasus ini hanya terjadi pada beberapa orang dan bukan akibat dari kesalahan suatu produk.

“Jadi masyarakat tenang saja. Pembalut yang sekarang beredar di masyarakat sudah lulus tes dan aman digunakan,” tuturnya di kesempatan yang sama.

Ibu Menkes, Prof Nila dan ibu Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, Ibu Linda pun sudah angkat bicara.

Baiklah, kita tunggu pengumuman dari BPOM (semoga BPOM bisa hadir menenangkan hiruk-pikuk ini). Kan kasian gitu para wanita, menstruasi aja bisa bikin dismenorhea yang mengganggu, masih juga harus dibebani pikiran dengan kabar yang tidak tuntas dibahas macam ini.



Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment

Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...