Berikut
ini penjelasan dari Prof. Zullies Ikawati terkait geger pembalut yang
mengandung Klorin:
Apakah
teman-teman pernah menggunakan pemutih pakaian pada saat mencuci? Itu juga
mengandung Klorin, tepatnya merupakan senyawa sodium hipoklorit. Kok ngga pada
ribut yah? padahal baju yang diputihkan mungkin juga mengandung klorin…
Air minum juga
kadang mengandung klorin jika dijernihkan menggunakan kaporit (senyawa Kalsium
hipoklorit), terutama air PDAM…
Klorin
bisa bersifat desinfektan juga jadi dapat dipakai utk mendesinfeksi bebagai
barang (bisa dibaca di sini : http://chlorine.americanchemistry.com/FAQs/Chlorine-Bleach )
Klorin
yang terdapat pada pembalut wanita yang sedang ramai dibicarakan diperkirakan
merupakan sisa dari pemutihan (bleaching) dari pulp yang digunakan
sebagai campuran pengisi pembalut. Memang di negara maju bleaching
dengan gas klorin sudah tidak banyak digunakan lagi karena kekhawatiran
menghasilkan dioksin, dan beralih ke H2O2. Mungkin produk-produk dalam negeri
masih banyak menggunakan bahan baku yang diputihkan menggunakan klorin karena
faktor ekonomi. Ini yang kita agak kecolongan karena kalau di negara maju sudah
jauh ditinggalkan.
Efek toksik
klorin yang utama adalah jika terhirup ke saluran pernapasan. Tapi kan kita
tidak akan menghirup-hirup pembalut?
Jika
hanya tersentuh saja, kontak dengan kulit seperti pada pemakaian pembalut,
mungkin lebih menyebabkan iritasi atau alergi buat yang sensitif. Yang enggak
sensitif ya tidak merasa apa-apa… (iniprofil toksikologi klorin:http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp172-c2.pdf
Yang
dulu sempat ramai adalah justru dioksin, yang merupakan hasil samping dari
pemutihan dengan klorin. Untuk membaca lebih lanjut tentang dioxin dan pembalut
wanita: https://zulliesikawati.wordpress.com/2010/11/16/dioksin-dan-pembalut-wanita/
Kasak-kusuk
soal klorin yang terdapat dalam pembalut wanita sudah diklarifikasi oleh
Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Klorin tidak berbahaya jika ditemukan dalam
jumlah sedikit, dan hanya beracun jika termakan atau terminum.
“Klorin itu
berbahaya jika termakan atau terminum. Jadi klorin itu dilarang digunakan dalam
makanan dan minuman,” tutur Dra. Maura Linda Sitanggang, Apt, PhD, Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes.
Dengan
kata lain, dra. Linda mengatakan bahwa pembalut yang saat ini beredar aman
digunakan. Ia juga meluruskan soal Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI
No 472/1996 yang dikatakan melarang penggunaan klorin karena bersifat racun dan
iritan.
Dijelaskan
Linda bahwa Permenkes tersebut dimaksudkan untuk melarang penggunaan klorin
dalam pembuatan obat dan makanan. Soal temuan Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI), Linda beranggapan bahwa mungkin saja yang dimaksudkan adalah
dioxine.
“Kalau klorin
selama tidak tertelan ya tidak berbahaya. Mungkin yang dimaksud adalah dioxine,
karena dioxine mudah menguap dalam suhu panas. Ini yang bisa menyebabkan kulit
iritasi dan kanker,” ungkapnya.
Menteri
Kesehatan mengatakan bahwa soal iritasi dan gatal-gatal akibat pembalut
merupakan kasus individual. Artinya kasus ini hanya terjadi pada beberapa orang
dan bukan akibat dari kesalahan suatu produk.
“Jadi
masyarakat tenang saja. Pembalut yang sekarang beredar di masyarakat sudah
lulus tes dan aman digunakan,” tuturnya di kesempatan yang sama.
Ibu
Menkes, Prof Nila dan ibu Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kemenkes, Ibu Linda pun sudah angkat bicara.
Baiklah,
kita tunggu pengumuman dari BPOM (semoga BPOM bisa hadir menenangkan
hiruk-pikuk ini). Kan kasian gitu para wanita, menstruasi aja bisa bikin
dismenorhea yang mengganggu, masih juga harus dibebani pikiran dengan kabar
yang tidak tuntas dibahas macam ini.
Sumber : Prof. Zullies Ikawati
No comments:
Post a Comment
Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...