Saudaraku,
saat kita mengaku cinta pada sesuatu, kita tentu akan berusaha membuktikan
cinta itu dengan amal dan perbuatan.
Bila cinta hanya ucapan mulut saja tanpa
bukti nyata, maka cinta seperti itu hanya omong kosong belaka. Kita membuktikan
cinta kita pada pasangan dengan berusaha memuaskan dan menyenangkannya. Kita
membuktikan cinta kita pada anak-anak dengan berusaha memberi perhatian dan
pendidikan yang baik.
Sebagian
kita yang ‘tergila-gila’ pada sepak bola, maka ia korbankan waktu tidurnya demi
menonton aksi sang idola. Sebagian kita yang ‘ketagihan’ dengan sinetron atau
telenovela, maka ia rela memutus semua kesibukannya demi melihatnya. Begitulah.
Setiap cinta, setiap kegemaran, setiap kesenangan, semua membutuhkan bukti dan
pengorbanan.
Bukti Cinta Al-Quran
Maka
demikian pula dengan kecintaan kita kepada Al-Quran. Ia pun butuh bukti dan
pengorbanan.
Bila kita mengaku cinta pada Al-Quran tapi memegang dan menyentuhnya saja begitu jarang, apakah seperti ini dinamakan cinta? Bila kita mengaku cinta Al-Quran tapi membacanya saja ogah-ogahan, apakah seperti ini dinamakan cinta? Bila kita mengaku cinta Al-Quran tapi menghayati kandungannya saja malas-malasan, apakah seperti ini dinamakan cinta?
Mari
saudaraku, kita perbarui kecintaan kita pada Al-Quran. Kita buktikan rasa cinta
itu dengan amal dan perbuatan. Sebagaimana disampaikan oleh Ats-Tsa’alabi di
dalam tafsirnya (jilid 3/99), ayat 30 surah Al-Furqan merupakan peringatan
kepada kita supaya bermulazamah dengan Al-Quran, terus membersamai Al-Quran,
tidak membiarkannya berdebu, serta tidak mengacuhkannya karena kesibukan lain.
Inilah cinta itu.
Sebagaimana
kita mau berkorban waktu demi sepak bola atau telenovela, kita pun harus
meluangkan waktu untuk membaca Al-Quran bila mengaku cinta. Sebagaimana sehari
saja rasanya kurang bila belum membaca koran, maka kita pun harus merasa begitu
saat belum membaca Al-Quran. Apalagi, sebagaimana diriwayatkan oleh Abul Fadhl
Ar-Razi di dalam kitab Fadha’ilul Qur’an Wa Tilawatuhi, “Keutamaan Al-Quran
dibanding bacaan-bacaan yang lain seperti keutamaan Allah dibanding para
makhluk-Nya.
Sehari
Semalam 50 Ayat
Saudaraku,
hendaklah kita membuktikan cinta kita kepada Al-Quran dengan membacanya setiap
hari tidak kurang dari 50 ayat. Bila kuota minimal itu dapat kita penuhi maka
sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah, kita tidak dicap sebagai orang yang
acuh dan menelantarkan Al-Quran. Ibnu Sunni dalam kitab Amalul Yaum Wal
Lailah (jilid 3/289) meriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah
saw bersabda:
مَنْ قَرَأَ فِيْ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَمْسِيْنَ آيَةٍ لَمْ يُكْتَبْ
مِنَ الْغَافِلِيْنَ ، وَمَنْ قَرَأَ مِائَةَ آيَةٍ كُتِبَ مِنَ الْقَانِتِيْنَ،
وَمَنْ قَرَأَ مِائَتَيْ آيَةٍ لَمْ يُحَاجُّهُ الْقُرْآنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ،
وَمَنْ قَرَأَ خَمْسَمِائَةِ آيَةٍ كُتِبَ لَهُ قِنْطَارٌ مِنَ اْلأَجْرِ .
Barang
siapa membaca 50 ayat dalam sehari semalam maka ia tidak ditulis sebagai
orang-orang yang lalai. Barang siapa membaca 100 ayat maka ia dianggap sebagai
hamba yang taat dan ahli ibadah. Barang siapa membaca 200 ayat maka hujahnya
tidak akan dikalahkan oleh Al-Quran pada hari kiamat. Dan barang siapa membaca
500 ayat maka ditulis baginya pahala satu qinthar.
Mari, saudaraku. Kita penuhi kuota minimal ini. Sebagai salah satu bukti cinta minimalis kita terhadap Al-Quran. Tak apalah kita mulai dari yang minimalis dulu. Asalkan kontinu, itu sungguh luar biasa. Sebab amal yang paling dicintai oleh Allah adalah amal yang konsisten, kontinu, dan berkelanjutan, meskipun ia minimalis…
thank nice infonya sangat menarik,kunjungi http://bit.ly/2NNBmDX
ReplyDelete