Saat
kematiannya, seluruh Eropa berpesta dan merasa lega. Mereka merayakan kematian
itu dengan duduk di atas kuburannya sambil meminum khamer penuh bahagia.
Salah
satu dari mereka berkata, “Demi Tuhan, andai pemilik kuburan ini hidup lagi
maka dia takkan membiarkan satu pun dari kita dalam kondisi bernyawa!”
Dia bukan
Shalahuddin Al-Ayyubi yang terkenal itu. Tapi dia pribadi mulia yang sangat
dihormati. Dia bergelar Al-Hajib Al-Manshur (Al-Manzor). Nama lengkapnya
Muhammad bin Abi Amir Al-Amiri. Lahir pada 326 H di bagian selatan Andalusia.
Apakah
kita pernah mendengar namanya?
Biarkan
sejarah yang bercerita….
Saat
panglima Al-Hajib Al-Mansur menjemput kesyahidannya, kabar kematian itu
menggema di seantero Eropa. Terlebih di Perancis. Bahkan Raja Alfonso bergegas datang
ke kuburannya, mendirikan tenda besar di atasnya, dan meletakkan ranjang
bertatakan emas tepat di atas kuburannya, lalu tidur di atasnya bersama sang istri.
“Lihatlah,
sekarang aku telah menguasai seluruh wilayah Islam dan Arab. Dan aku duduk di
atas kuburan panglima terbesar mereka!” kata sang raja.
Kemudian terdengar seseorang berkata, “Demi Tuhan, andai pemilik
kuburan ini hidup lagi maka dia takkan membiarkan satu pun dari kita dalam
kondisi bernyawa!”
Alfonso yang mendengar ucapan itu marah, lalu menghunus pedangnya.
Tapi sang istri menahannya seraya berkata,
“Dia
benar. Apa yang membanggakan dengan tidur di atas kuburan musuh? Bukankah itu hanya
semakin menambah keagungannya saja? Bahkan sampai mati kita tidak mampu
mengalahkannya! Sejarah pasti akan menulis kemenangannya ini! Sungguh buruk apa
yang kita lakukan ini. Dan alangkah nyamannya dia saat ini yang tertidur tenang
di bawah singgasana para raja!”
Al-Hajib Al-Mansur. Bergabung dalam militer saat muda, dan
menjadi kepala polisi di Cordova karena keberanian dan jasanya. Kemudian diangkat
menjadi penasihat Gubernur Andalusia, lalu menjadi Gubernur Andalusia dan
Panglima tertingggi tentara Islam di sana.
Dia telah memimpin lebih dari 50 peperangan, dan semuanya
dimenangkannnya! Sekali pun belum pernah ia terkalahkan.
Perang terbesar yang pernah dipimpinnya adalah perang Leon di
selatan Perancis, di mana tentara Eropa yang bersatu bersama tentara Leon
mengalami kekalahan hebat. Banyak raja Eropa yang terbunuh, dan banyak juga yang
ditawan, kemudian dia memerintahkan agar dikumandangkan azan di tempat itu. Dan
itulah azan pertama yang dikumandangkan di bumi Perancis.
memang seperti itulah kebiasaannya. Setiap kali menang dalam
peperangan, dia pasti mengumandangkan azan, lalu mengumpulkan debu-debu yang
lengket di pakaian perangnya untuk kemudian dimasukkan ke dalam botol. Wasiatnya,
apabila dia meninggal, agar botol itu ikut dimasukkan ke dalam kuburannya untuk
menjadi saksi di sisi Allah….
Eropa sangat membenci Al-Hajib Al-Mansur. Sebab, selama 25
tahun mereka banyak kehilangan tentara dan panglima di tangannya. Selama 25 tahun
mereka tidak pernah tenang dan tidak bisa beristirahat.
Al-Hajib Al-Mansur selalu berdoa supaya mati syahid di medan
perang, bukan di antara bilik istana. Dan doanya terkabul. Dia syahid dalam
perjalanan perang di perbatasan Perancis di dekat pegunungan Pyrenees.
Dia syahid pada umur 60 tahun, dan 25 tahun di antaranya dia habiskan
untuk berjihad menaklukkan musuh-musuh Islam.
Al-Hajib Al-Mansur sudah pergi menghadap Rabb-nya, namun
namanya akan tertulis abadi dengan tinta emas oleh sejarah umat manusia.
Dia syahid,
sedang di kantong bajunya terdapat botol berisi sisa-sisa debu pertempuran yang
dia menangkan demi kejayaan Islam.
Dia syahid,
sedang tubuhnya penuh luka perang yang akan bersaksi di hadapan rabbnya, bahwa hanya
satu yang dicitakan sang panglima, yaitu menghadap-Nya dengan membawa sesuatu
yang dapat memasukkannya ke dalam surga.…
(sumber: diterjemahkan dari www.facebook.com/NumidiaNews)